Makalah Hakikat Sabar

Makalah Hakikat Sabar. Tuhan dalam surat Al-balad ayat 4 “Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.”. Manusia dalam hidupnya memerlukan kekuatan, baik jasmani maupun rohani. Maklumlah hidup ini penuh dengan perjuangan segala rupa dan disegala bidang. Hidup manusia merupakan suatu perjalanan. Kadang menempuh jalan mendaki, menurun, melereng dan berliku-liku. Kiri dan kanan terlihat tebing yang curam dan menakutkan. Tidak jarang pula menempuh jalan sempit, berbatu-batu dan berduri. Sepanjang jalan bertemu dengan berbagai halangan dan rintangan. Satu-satunya perbekalan ialah kekuatan badan dan keteguhan hati (sabar).[1]

aMakalah Hakikat Sabar

R masalah
1.      Jelaskan arti dan hakikat Sabar?
2.      Jelaskan hubungan antara kesabaran dan tauhid?
3.      Jelaskan kesabaran bagi seorang pendidik?
b.      Tujuan
1.      Untuk mengetahui arti dan hakikat Sabar.
2.      Untuk mengetahui hubungan antara kesabaran dan tauhid
3.      Untuk mengetahui kesabaran bagi seorang pendidik
Gambar|pixabay.com


c.       Pembahasan

1. Arti Dan Hakikat Sabar

Sabar merupakan suatu maqom (kedudukan) dari maqom-maqom tertentu dalam agama, dan satu tingkat dari tingkat-tingkat dari orang-orang yang menempuh jalan tasawuf. Semua maqom agama itu tersusun dari tiga perkara: yaitu kesadaan, keadaan dan perbuatan. Kesadaran di atas menjadi pangkal yang menghasilkan keadaan, sedang keadaan itu menjadi sebab timbulnya perbuatan tersebut. Ibarat sebuah tumbuh-tumbuhan, maka kesadaran itulah batangnya, sedang keadaan (hal) itu merupakan cabang srta perbuatan-perbuatan itu merupakan buahnya. Hal ini otomatis ada pada orang yang menempuh kejalan Allah ta’alah.[2]
Dari uraian diatas dapat ditarik benang merah bahwa sabar tidak akan sempurnah jika dalamnya tidak ada kesadaran yang kemudian diiringi dengan tindakan. Sabar merupakan keadaan dimana adanya nafsu/ keinginan yang bertentangan dengan nafsu/keinginan yang lain dikarenakan berbedanya kemauan dan perjuangan.
Sabar memiliki arti (ash-shabr) adalah melarang (al-man’u) dan mennahan (al-habs). Jadi sabar berarti menahan jiwa untuk tidak bersedih dan berputus asa, juga menaan lisan untuk tidak mengeluh, serta menahan tangan untuk tidak menampar pipi, merobek pakaian, dan semacamnya.
Alah berfirman dala AL-kitab surah al-kahfi: 28
÷ŽÉ9ô¹$#ury7|¡øÿtRyìtBtûïÏ%©!$#šcqããôtƒNæh­/uÍo4rytóø9$$Î/ÄcÓÅ´yèø9$#urtbr߃̍ーçmygô_ur(Ÿwurß÷ès?x8$uZøŠtãöNåk÷]tã߃̍è?spoYƒÎÍo4quŠysø9$#$u÷R9$#(ŸwurôìÏÜè?ô`tB$uZù=xÿøîr&¼çmt7ù=s%`tã$tR̍ø.ÏŒyìt7¨?$#urçm1uqydšc%x.ur¼çnãøBr&$WÛãèùÇËÑÈ
“Dan Bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya Telah kami lalaikan dari mengingati kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas”.
Hakikat kesabaran dalah suatu ahlak yang muliah (mahmudah) yang dimiliki oleh seseorang, yang dengannya dia mampu menahan diri dari perbuatan yang tidak baik dan tidak patut. Sabar adalah salah satu kekuatan seseorang yang denganya pribadi orang bisa menjadi lebih baik.[3]
Imam al-junaid ibn Muhammad pernah ditanya tentang kesabaran, lalu ia menjawab, “sabar itu seperti meneguk minuman pahit tanpa bermuka masam”.
Kesabaran adalah menjauhi segala perbuatan menyimpang, dan tabah ketika cobaan dating, serta bersikap seolah berkecukupan di depan orang lain, padahal sebenarnya miskin dan sangat membutuhkan nafkah hidup.
Ada pula yang berpendapat bahwa kesabaran adalah menghadapi musibah dengan etika yang baik. Juga ada yang berpendapat bahwa kesabaran adalah bersikap tidak membutuhkan apapun ketika mendapat musibah dan tidak mengeluh.
Walaupun sabar berari tidak boleh mengelu. Namun tuhan memperbolehkan hambanya mengeluh kepada-Nya. Seperti dalam firmanya
QS. Shod; 44
õè{urx8ÏuÎ/$ZWøóÅÊ>ÎŽôÑ$$sù¾ÏmÎn/Ÿwurô]oYøtrB3$¯RÎ)çm»tRôy`ur#\Î/$|¹4zN÷èÏoRßö7yèø9$#(ÿ¼çm¯RÎ)Ò>#¨rr&ÇÍÍÈõè{urx8ÏuÎ/$ZWøóÅÊ>ÎŽôÑ$$sù¾ÏmÎn/Ÿwurô]oYøtrB3$¯RÎ)çm»tRôy`ur#\Î/$|¹4zN÷èÏoRßö7yèø9$#(ÿ¼çm¯RÎ)Ò>#¨rr&ÇÍÍÈ
“Dan ambillah dengan tanganmu seikat (rumput), Maka pukullah dengan itu dan janganlah kamu melanggar sumpah. Sesungguhnya kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan-nya)[4].
Dilanjutkan dengan firman-Nya yang lain dalam QS. Al-Anbiyaayat 83
*šUqƒr&urøŒÎ)3yŠ$tRÿ¼çm­/uÎoTr&zÓÍ_¡¡tBŽØ9$#|MRr&urãNymör&šúüÏH¿qº§9$#ÇÑÌÈ
(ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: "(Ya Tuhanku), Sesungguhnya Aku Telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang di antara semua penyayang".
Kita tahu jika seorang hambah berdo’a kepada allah dan mengeluhkan penyakitnya, kesabaranya tetap tidak diragukan. Agar tidak terkesan ingin melawan kodrat Allah atau merasa sanggup menahan derita. Allah berfirman:
ôs)s9urNßg»tRõyzr&É>#xyèø9$$Î/$yJsù(#qçR%s3tGó$#öNÍkÍh5tÏ9$tBurtbqã㧎|ØtGtƒÇÐÏÈ
“Dan Sesungguhnya kami Telah pernah menimpakan azab kepada mereka[5], Maka mereka tidak tunduk kepada Tuhan mereka, dan (juga) tidak memohon (kepada-Nya) dengan merendahkan diri”.
Sabar bukan berarti kita dilarang untuk mengeluh kepada allah. Yang dilarang adalah menyerah kepada ketentuan yang telah ditentukan Allah. Kita tidak diperintahkan untuk berpuas dengan ktentuan itu, sementara rasa sakit dan penderitaan adalah ketentuan Allah itu sendiri. Ketentuan ini diberikan Allah   kepada para hambah-Nya, suka atau tidak. Rasul Sa. Bersabda, “barang siapa mendapat kebaikan, hendaknya ia mnengucapkan al-hamdulillah. barang siapa tidak mendapat kebaikan, hendaknya ia tidak mencela selain dirinya”.[6]
Sabar dalam ketaatan dan menjauhi hal yang haram lebih utama dari pada sabar dalam menghadapi ketetapan dan nasib yang menyakitkan. Ibnu rajab berkata, “diantara macam-macam sabar adalah puasa. Puasa menggabungkan sabar dalam tiga aspek, yaitu pertama, sabar dalam ketaatan kepada Allah. Kedua, sabar untuk tidak berma’syiat kepada-Nya; sebab seorang hambah meninggalkan syahwatnya untuk Allah semata, padahal hawa nafsunya memberontak. Ketiga, sabar dalam menghadapi ketentuan yang menyakitkan. Ini biasa dialami oleh seorang yang sedang berpuasa, sebab ia menderita lapar dan dahaga yang sangat.

2. Hubungan Sabar dan Tauhid

Sabar tergolong perkara yang menempati kedudukan agung (di dalam agama). Ia termasuk salah satu bagian ibadah yang sangat mulia. Ia menempati relung-relung hati, gerak-gerik lisan dan tindakan anggota badan. Sedangkan hakikat penghambaan yang sejati tidak akan terealisasi tanpa kesabaran.
Hal ini dikarenakan ibadah merupakan perintah syari’at (untuk mengerjakan sesuatu), atau berupa larangan syari’at (untuk tidak mengerjakan sesuatu), atau bisa juga berupa ujian dalam bentuk musibah yang ditimpakan Allah kepada seorang hamba supaya dia mau bersabar ketika menghadapinya.
Hakikat penghambaan adalah tunduk melaksanakan perintah syari’at serta menjauhi larangan syari’at dan bersabar menghadapi musibah-musibah. Musibah yang dijadikan sebagai batu ujian oleh Allah untuk menempa hamba-hamba-Nya. Dengan demikian ujian itu bisa melalui sarana ajaran agama dan melalui sarana keputusan takdir.
Adapun ujian dengan dibebani ajaran-ajaran agama adalah sebagaimana tercermin dalam firman Allah kepada Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam sebuah hadits qudsi riwayat Muslim dari ‘Iyaadh bin Hamaar. Dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda “Allah ta’ala berfirman: ‘Sesungguhnya Aku mengutusmu dalam rangka menguji dirimu. Dan Aku menguji (manusia) dengan dirimu’.”
Maka hakikat pengutusan Nabi ‘alaihish shalaatu was salaam adalah menjadi ujian. Sedangkan adanya ujian jelas membutuhkan sikap sabar dalam menghadapinya. Ujian yang ada dengan diutusnya beliau sebagai rasul ialah dengan bentuk perintah dan larangan.
Untuk melaksanakan berbagai kewajiban tentu saja dibutuhkan bekal kesabaran. Untuk meninggalkan berbagai larangan dibutuhkan bekal kesabaran. Begitu pula saat menghadapi keputusan takdir kauni (yang menyakitkan) tentu juga diperlukan bekal kesabaran. Oleh sebab itulah sebagian ulama mengatakan, “Sesungguhnya sabar terbagi tiga; sabar dalam berbuat taat, sabar dalam menahan diri dari maksiat dan sabar tatkala menerima takdir Allah yang terasa menyakitkan.”
Menurut penulis sabar termasuk bagian dari kesempurnaan tauhid. Sabar termasuk kewajiban yang harus ditunaikan oleh hamba, sehingga ia pun bersabar menanggung ketentuan takdir Allah.
Ungkapan rasa marah dan tak mau sabar itulah yang banyak muncul dalam diri orang-orang tatkala mereka mendapatkan ujian berupa ditimpakannya musibah. Sabar adalah hal yang wajib dilakukan tatkala tertimpa takdir yang terasa menyakitkan. Maka selanjutnya bersabar dalam rangka menjalankan ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan dihukumi wajib juga.
Secara bahasa sabar artinya tertahan. Orang Arab mengatakan, “Qutila fulan shabran” (artinya si polan dibunuh dalam keadaan “shabr”) yaitu tatkala dia berada dalam tahanan atau sedang diikat lalu dibunuh, tanpa ada perlawanan atau peperangan. Dan demikianlah inti makna kesabaran yang dipakai dalam pengertian syar’i.[7]
Ia disebut sebagai sabar karena di dalamnya terkandung penahanan lisan untuk tidak berkeluh kesah, menahan hati untuk tidak merasa marah dan menahan anggota badan untuk tidak mengekspresikan kemarahan dalam bentuk menampar-nampar pipi, merobek-robek kain dan semacamnya. Maka menurut istilah syari’at sabar artinya: Menahan lisan dari mengeluh, menahan hati dari marah dan menahan anggota badan dari menampakkan kemarahan dengan cara merobek-robek sesuatu dan tindakan lain semacamnya.
Imam Ahmad rahimahullah berkata, “Di dalam al-Qur’an kata sabar disebutkan dalam 90 tempat lebih. Sabar adalah bagian iman, sebagaimana kedudukan kepala bagi jasad. Sebab orang yang tidak punya kesabaran dalam menjalankan ketaatan, tidak punya kesabaran untuk menjauhi maksiat serta tidak sabar tatkala tertimpa takdir yang menyakitkan maka dia kehilangan banyak sekali bagian keimanan”
Salah satu ciri karakteristik iman kepada Allah adalah bersabar tatkala menghadapi takdir-takdir Allah. Keimanan itu mempunyai cabang-cabang. Sebagaimana kekufuran juga bercabang-cabang.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh imam Muslim yang menunjukkan bahwa niyaahah (meratapi mayit) itu juga termasuk salah satu cabang kekufuran. Sehingga setiap cabang kekafiran itu harus dihadapi dengan cabang keimanan. Meratapi mayit adalah sebuah cabang kekafiran maka dia harus dihadapi dengan sebuah cabang keimanan yaitu bersabar terhadap takdir Allah yang terasa menyakitkan[8].

3. Kesabaran Bagi Pendidik

Diantara sifat yang harus dipegang oleh tokoh pendidik adalah kesabaran, kesabaran merupakan kekuatan moral dari kekuatan kehendak. Kekuatan ini bisa mendorong manusia untuk menahan diri dari derita dan cobaan.
Sabar brarti menahan. Ini brarti puasa kita juga bisa berarti kesabaran, karena dalam menjalankan ibadah puasa seseorang dituntut untuk bisa menahan diri dari makanan, minuman, dan syahwat, serta segala sesuatu yang bisa membatalkan puasa untuk beberapa waktu. Kebanyakan ahlak keimanan itu termasuk katagori sabar.
Allah Swt. Berfirman;
(tûïÎŽÉ9»¢Á9$#urÎûÏä!$yù't7ø9$#Ïä!#§ŽœØ9$#urtûüÏnurĨù't7ø9$#3y7Í´¯»s9'ré&tûïÏ%©!$#(#qè%y|¹(y7Í´¯»s9'ré&urãNèdtbqà)­GßJø9$#ÇÊÐÐÈ
“….dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa”.(QS. Al-Baqarah: 177)
Karena agunggnya kesabaran dan ketegaran, orang yang memiliki sifat ini akan mendapatkan pahala yang besar dari Allah Swt. Dalam firman-Nya, Allah menyatakan kecintaanya kepada orang-orang yang bersabar.
3ª!$#ur=ÏtätûïÎŽÉ9»¢Á9$#ÇÊÍÏÈ
“Allah menyukai orang-orang yang sabar”. ( QS. Ali-imran:146)
Jika pendidik muslim memiliki sifat seperti ini dan terus meningkatkannya dalam jiwa, sikap, dan amalnya, niscaya Allah Swt. Akan terus bersamanya. Allah telah berjanji dalam Al-kitab bahwa dia akan terus menyertai orang-orang yang sabar ;
4¨bÎ)©!$#yìtBtûïÎŽÉ9»¢Á9$#ÇÊÎÌÈ
“… Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”. (QS. Al-baqarah: 153)
Allah Swt. Juga akan melipat gandakan pahala orang-orang yang sabar, yang terus menjadikan sabar sebagai penolongnya dalam menaati Allah, serta dalam pekerjaan dan mu’amalah mereka. Allah berfirman;
$ygƒr'¯»tƒz`ƒÏ%©!$#(#qãZtB#uä(#qãYÏètGó$#ÎŽö9¢Á9$$Î/Ío4qn=¢Á9$#ur4¨bÎ)©!$#yìtBtûïÎŽÉ9»¢Á9$#ÇÊÎÌÈ
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu,[9] Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”.(QS. Al-baqarah: 153)
Allah Swt. Berfirman dalam Al-kitab surat Al-‘ashr: 1-3)
ÎŽóÇyèø9$#urÇÊȨbÎ)z`»|¡SM}$#Å"s9AŽô£äzÇËÈžwÎ)tûïÏ%©!$#(#qãZtB#uä(#qè=ÏJtãurÏM»ysÎ=»¢Á9$#(#öq|¹#uqs?urÈd,ysø9$$Î/(#öq|¹#uqs?urÎŽö9¢Á9$$Î/ÇÌÈ
1.  Demi masa.
2.  Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
3.  Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
Begitulah. Kita temukan bahwa kedudukan sabar sangatlah tinggi dan tidak didapatkan kecuali oleh orang-orang yangbertakwa dan tulus keimananya. Dalam hadist yang diriwayatkan imam bukhori. Dari anas r.a. ia berkata, “Aku mendengar Rasulallah Saw. Bersabda, sesungguhnya Allah berfirman, jika aku menguji hambaku dengan orang yang dikasihinya dania tetap bersabar, Aku gantikan orang yang dikasihinya dengan surga”[10]
Dalam al-quran juga banyak ayat-ayat yang menjelaskan tentang anjuran untuk bersabar, serta menjelaskan pahala dan kedudukanya. Diantaranya adalah firman Allah Swt.
¢Óo_ç6»tƒÉOÏ%r&no4qn=¢Á9$#öãBù&urÅ$rã÷èyJø9$$Î/tm÷R$#urÇ`tã̍s3ZßJø9$#÷ŽÉ9ô¹$#ur4n?tã!$tBy7t/$|¹r&(¨bÎ)y7Ï9ºsŒô`ÏBÇP÷tãÍqãBW{$#ÇÊÐÈ
“Hai anakku, Dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. ( QS. Al-Luqman: 17)
Dari penjelasan diatas, jelaslah bahwa kedudukan sabar sangat muliah disisi Allah, dan bahwa sabar merupakan ciri kaum yang beriman dan sifat yang melekat dalam iman. Ketika hendak memilih seorang tokoh pendidik yang sabar, kita harus berusaha memilih seorang mu’min yang kuat hubunganyadengan Allah Swt., yang menjadikan keimanan dan tanggung jawabya sebagai bukti baginya dalam kehidupan ilmiah, amaliah, dan social.

















dKesimpulan

Sabar memiliki arti (ash-shabr) adalah melarang (al-man’u) dan mennahan (al-habs). Jadi sabar berarti menahan jiwa untuk tidak bersedih dan berputus asa, juga menaan lisan untuk tidak mengeluh, serta menahan tangan untuk tidak menampar pipi, merobek pakaian, dan semacamnya.
Bahwa sabar tidak akan sempurnah jika dalamnya tidak ada kesadaran yang kemudian diiringi dengan tindakan. Sabar merupakan keadaan dimana adanya nafsu/ keinginan yang bertentangan dengan nafsu/keinginan yang lain dikarenakan berbedanya kemauan dan perjuangan.
Hakikat kesabaran dalah suatu ahlak yang muliah (mahmudah) yang dimiliki oleh seseorang, yang dengannya dia mampu menahan diri dari perbuatan yang tidak baik dan tidak patut. Sabar adalah salah satu kekuatan seseorang yang denganya pribadi orang bisa menjadi lebih baik.
Sabar tergolong perkara yang menempati kedudukan agung (di dalam agama). Ia termasuk salah satu bagian ibadah yang sangat mulia. Ia menempati relung-relung hati, gerak-gerik lisan dan tindakan anggota badan. Sedangkan hakikat penghambaan yang sejati tidak akan terealisasi tanpa kesabaran.Hal ini dikarenakan ibadah merupakan perintah syari’at (untuk mengerjakan sesuatu), atau berupa larangan syari’at (untuk tidak mengerjakan sesuatu), atau bisa juga berupa ujian dalam bentuk musibah yang ditimpakan Allah kepada seorang hamba supaya dia mau bersabar ketika menghadapinya.
Diantara sifat yang harus dipegang oleh tokoh pendidik adalah kesabaran, kesabaran merupakan kekuatan moral dari kekuatan kehendak. Kekuatan ini bisa mendorong manusia untuk menahan diri dari derita dan cobaan.

      






e.       Daftar Pustaka
  1. 1.                  Abdullah al-yamani. Qisthi press. Sabar: 2009.
  2. 2.                  http://muslim.or.id/akhlaq-dan-nasehat/hakikat-sabar-1.html
  3. 3.                  Al-jauziyah, ibnu al-Qoyim. Bekal untuk orang-orang sabar; 2010.
  4. 4.                  Fachrudin. Pembinaan mental bimbingan al-quran: 1992.
  5. 5.                   Imam ghozali. Taubat sabar dan syukur: 1983.             








[1] Fachrudin. Pembinaan mental bimbingan al-quran: 1992. Hal. 50
[2] Imam ghozali. Taubat sabar dan syukur: 1983. Hal. 150
[3] Al-jauziyah, ibnu al-Qoyim. Bekal untuk orang-orang sabar; 2010. Hal. 15
[4]Nabi Ayyub a.s. menderita penyakit kulit beberapa waktu lamanya dan dia memohon pertolongan kepada Allah s.w.t. Allah Kemudian memperkenankan doanya dan memerintahkan agar dia menghentakkan kakinya ke bumi. Ayyub mentaati perintah itu Maka keluarlah air dari bekas kakinya atas petunjuk Allah, Ayyub pun mandi dan minum dari air itu, sehingga sembuhlah dia dari penyakitnya dan dia dapat berkumpul kembali dengan keluarganya. Maka mereka kemudia berkembang biak sampai jumlah mereka dua kali lipat dari jumlah sebelumnya. pada suatu ketika Ayyub teringat akan sumpahnya, bahwa dia akan memukul isterinya bilamana sakitnya sembuh disebabkan isterinya pernah lalai mengurusinya sewaktu dia masih sakit. akan tetapi timbul dalam hatinya rasa hiba dan sayang kepada isterinya sehingga dia tidak dapat memenuhi sumpahnya. oleh sebab itu turunlah perintah Allah seperti yang tercantum dalam ayat 44 di atas, agar dia dapat memenuhi sumpahnya dengan tidak menyakiti isterinya yaitu memukulnya dengan dengan seikat rumput.
[5]Yang dimaksud dengan azab tersebut antara lain kekalahan mereka pada peperangan Badar, yang dalam peperangan itu orang-orang yang terkemuka dari mereka banyak terbunuh atau ditawan, dan musim kering yang menimpa mereka, hingga mereka menderita kelaparan. (lihat ayat 75).
[6]Abdullah al-yamani. Sabar: 2009. Hal. 15
[7]http://muslim.or.id/akhlaq-dan-nasehat/hakikat-sabar-1.html

[8 Q5]At Tamhiid, hal.389-391
[9] Ada pula yang mengartikan: Mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat.
[10]Abdullah al-yamani. Sabar: 2009. Hal.227

No comments for "Makalah Hakikat Sabar "