Makalah Hakikat Sabar
Makalah Hakikat Sabar. Tuhan dalam surat Al-balad ayat 4 “Sesungguhnya
kami Telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.”. Manusia
dalam hidupnya memerlukan kekuatan, baik jasmani maupun rohani. Maklumlah hidup
ini penuh dengan perjuangan segala rupa dan disegala bidang. Hidup manusia
merupakan suatu perjalanan. Kadang menempuh jalan mendaki, menurun, melereng
dan berliku-liku. Kiri dan kanan terlihat tebing yang curam dan menakutkan.
Tidak jarang pula menempuh jalan sempit, berbatu-batu dan berduri. Sepanjang
jalan bertemu dengan berbagai halangan dan rintangan. Satu-satunya perbekalan
ialah kekuatan badan dan keteguhan hati (sabar).[1]
aMakalah Hakikat Sabar
R masalah
1. Jelaskan
arti dan hakikat Sabar?
2. Jelaskan
hubungan antara kesabaran dan tauhid?
3. Jelaskan
kesabaran bagi seorang pendidik?
b.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui arti dan hakikat Sabar.
2.
Untuk mengetahui hubungan antara
kesabaran dan tauhid
3.
Untuk mengetahui kesabaran bagi seorang
pendidik
c. Pembahasan
1. Arti Dan Hakikat Sabar
Sabar
merupakan suatu maqom (kedudukan) dari maqom-maqom tertentu dalam agama, dan
satu tingkat dari tingkat-tingkat dari orang-orang yang menempuh jalan tasawuf.
Semua maqom agama itu tersusun dari tiga perkara: yaitu kesadaan, keadaan dan
perbuatan. Kesadaran di atas menjadi pangkal yang menghasilkan keadaan, sedang
keadaan itu menjadi sebab timbulnya perbuatan tersebut. Ibarat sebuah
tumbuh-tumbuhan, maka kesadaran itulah batangnya, sedang keadaan (hal) itu
merupakan cabang srta perbuatan-perbuatan itu merupakan buahnya. Hal ini
otomatis ada pada orang yang menempuh kejalan Allah ta’alah.[2]
Dari
uraian diatas dapat ditarik benang merah bahwa
sabar tidak akan sempurnah jika dalamnya tidak ada kesadaran yang kemudian
diiringi dengan tindakan. Sabar merupakan keadaan dimana adanya nafsu/
keinginan yang bertentangan dengan nafsu/keinginan yang lain dikarenakan
berbedanya kemauan dan perjuangan.
Sabar
memiliki arti (ash-shabr) adalah
melarang (al-man’u) dan mennahan (al-habs). Jadi sabar berarti menahan
jiwa untuk tidak bersedih dan berputus asa, juga menaan lisan untuk tidak
mengeluh, serta menahan tangan untuk tidak menampar pipi, merobek pakaian, dan
semacamnya.
Alah
berfirman dala AL-kitab surah al-kahfi: 28
÷ŽÉ9ô¹$#ury7|¡øÿtRyìtBtûïÏ%©!$#šcqããô‰tƒNæh/u‘Ío4ry‰tóø9$$Î/ÄcÓÅ´yèø9$#urtbr߉ƒÌーçmygô_ur(Ÿwur߉÷ès?x8$uZøŠtãöNåk÷]tã߉ƒÌè?spoYƒÎ—Ío4quŠysø9$#$u‹÷R‘‰9$#(ŸwurôìÏÜè?ô`tB$uZù=xÿøîr&¼çmt7ù=s%`tã$tRÌø.ÏŒyìt7¨?$#urçm1uqydšc%x.ur¼çnãøBr&$WÛãèùÇËÑÈ
“Dan Bersabarlah kamu bersama-sama dengan
orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap
keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena)
mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang
hatinya Telah kami lalaikan dari mengingati kami, serta menuruti hawa nafsunya
dan adalah keadaannya itu melewati batas”.
Hakikat
kesabaran dalah suatu ahlak yang muliah (mahmudah)
yang dimiliki oleh seseorang, yang dengannya dia mampu menahan diri dari
perbuatan yang tidak baik dan tidak patut. Sabar adalah salah satu kekuatan
seseorang yang denganya pribadi orang bisa menjadi lebih baik.[3]
Imam
al-junaid ibn Muhammad pernah ditanya tentang kesabaran, lalu ia menjawab, “sabar itu seperti meneguk minuman pahit
tanpa bermuka masam”.
Kesabaran
adalah menjauhi segala perbuatan menyimpang, dan tabah ketika cobaan dating,
serta bersikap seolah berkecukupan di depan orang lain, padahal sebenarnya
miskin dan sangat membutuhkan nafkah hidup.
Ada
pula yang berpendapat bahwa kesabaran adalah menghadapi musibah dengan etika
yang baik. Juga ada yang berpendapat bahwa kesabaran adalah bersikap tidak
membutuhkan apapun ketika mendapat musibah dan tidak mengeluh.
Walaupun
sabar berari tidak boleh mengelu. Namun tuhan memperbolehkan hambanya mengeluh
kepada-Nya. Seperti dalam firmanya
QS.
Shod; 44
õ‹è{urx8ωu‹Î/$ZWøóÅÊ>ÎŽôÑ$$sù¾ÏmÎn/Ÿwurô]oYøtrB3$¯RÎ)çm»tRô‰y`ur#\Î/$|¹4zN÷èÏoR߉ö7yèø9$#(ÿ¼çm¯RÎ)Ò>#¨rr&ÇÍÍÈõ‹è{urx8ωu‹Î/$ZWøóÅÊ>ÎŽôÑ$$sù¾ÏmÎn/Ÿwurô]oYøtrB3$¯RÎ)çm»tRô‰y`ur#\Î/$|¹4zN÷èÏoR߉ö7yèø9$#(ÿ¼çm¯RÎ)Ò>#¨rr&ÇÍÍÈ
“Dan ambillah dengan tanganmu seikat (rumput), Maka pukullah
dengan itu dan janganlah kamu melanggar sumpah. Sesungguhnya kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. dialah
sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan-nya)[4].
Dilanjutkan
dengan firman-Nya yang lain dalam QS. Al-Anbiya’ayat 83
*šUq•ƒr&urøŒÎ)3“yŠ$tRÿ¼çm/u‘’ÎoTr&zÓÍ_¡¡tB•Ž‘Ø9$#|MRr&urãNymö‘r&šúüÏH¿qº§9$#ÇÑÌÈ
(ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: "(Ya
Tuhanku), Sesungguhnya Aku Telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang
Maha Penyayang di antara semua penyayang".
Kita
tahu jika seorang hambah berdo’a kepada allah dan mengeluhkan penyakitnya,
kesabaranya tetap tidak diragukan. Agar tidak terkesan ingin melawan kodrat
Allah atau merasa sanggup menahan derita. Allah berfirman:
ô‰s)s9urNßg»tRõ‹yzr&É>#x‹yèø9$$Î/$yJsù(#qçR%s3tGó™$#öNÍkÍh5tÏ9$tBurtbqã㧎|ØtGtƒÇÐÏÈ
“Dan Sesungguhnya kami Telah pernah menimpakan azab kepada
mereka[5],
Maka mereka tidak tunduk kepada Tuhan mereka, dan (juga) tidak memohon (kepada-Nya)
dengan merendahkan diri”.
Sabar
bukan berarti kita dilarang untuk mengeluh kepada allah. Yang dilarang adalah
menyerah kepada ketentuan yang telah ditentukan Allah. Kita tidak diperintahkan
untuk berpuas dengan ktentuan itu, sementara rasa sakit dan penderitaan adalah
ketentuan Allah itu sendiri. Ketentuan ini diberikan Allah kepada para hambah-Nya, suka atau tidak.
Rasul Sa. Bersabda, “barang siapa
mendapat kebaikan, hendaknya ia mnengucapkan al-hamdulillah. barang
siapa tidak mendapat kebaikan, hendaknya ia tidak mencela selain dirinya”.[6]
Sabar
dalam ketaatan dan menjauhi hal yang haram lebih utama dari pada sabar dalam
menghadapi ketetapan dan nasib yang menyakitkan. Ibnu rajab berkata, “diantara macam-macam sabar adalah puasa. Puasa
menggabungkan sabar dalam tiga aspek, yaitu pertama, sabar dalam ketaatan kepada Allah. Kedua, sabar untuk tidak berma’syiat kepada-Nya; sebab seorang hambah
meninggalkan syahwatnya untuk Allah semata, padahal hawa nafsunya memberontak. Ketiga,
sabar dalam menghadapi ketentuan yang
menyakitkan. Ini biasa dialami oleh seorang yang sedang berpuasa, sebab ia
menderita lapar dan dahaga yang sangat.
2. Hubungan Sabar dan Tauhid
Sabar
tergolong perkara yang menempati kedudukan agung (di dalam agama). Ia termasuk
salah satu bagian ibadah yang sangat mulia. Ia menempati relung-relung hati,
gerak-gerik lisan dan tindakan anggota badan. Sedangkan hakikat penghambaan
yang sejati tidak akan terealisasi tanpa kesabaran.
Hal
ini dikarenakan ibadah merupakan perintah syari’at (untuk mengerjakan sesuatu),
atau berupa larangan syari’at (untuk tidak mengerjakan sesuatu), atau bisa juga
berupa ujian dalam bentuk musibah yang ditimpakan Allah kepada seorang hamba
supaya dia mau bersabar ketika menghadapinya.
Hakikat
penghambaan adalah tunduk melaksanakan perintah syari’at serta menjauhi
larangan syari’at dan bersabar menghadapi musibah-musibah. Musibah yang
dijadikan sebagai batu ujian oleh Allah untuk menempa hamba-hamba-Nya. Dengan
demikian ujian itu bisa melalui sarana ajaran agama dan melalui sarana
keputusan takdir.
Adapun
ujian dengan dibebani ajaran-ajaran agama adalah sebagaimana tercermin dalam
firman Allah kepada Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam sebuah
hadits qudsi riwayat Muslim dari ‘Iyaadh bin Hamaar. Dia berkata, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda “Allah ta’ala berfirman:
‘Sesungguhnya Aku mengutusmu dalam rangka menguji dirimu. Dan Aku menguji
(manusia) dengan dirimu’.”
Maka
hakikat pengutusan Nabi ‘alaihish shalaatu was salaam adalah menjadi ujian.
Sedangkan adanya ujian jelas membutuhkan sikap sabar dalam menghadapinya. Ujian
yang ada dengan diutusnya beliau sebagai rasul ialah dengan bentuk perintah dan
larangan.
Untuk
melaksanakan berbagai kewajiban tentu saja dibutuhkan bekal kesabaran. Untuk
meninggalkan berbagai larangan dibutuhkan bekal kesabaran. Begitu pula saat
menghadapi keputusan takdir kauni (yang menyakitkan) tentu juga diperlukan
bekal kesabaran. Oleh sebab itulah sebagian ulama mengatakan, “Sesungguhnya
sabar terbagi tiga; sabar dalam berbuat taat, sabar dalam menahan diri dari
maksiat dan sabar tatkala menerima takdir Allah yang terasa menyakitkan.”
Menurut
penulis sabar termasuk bagian dari kesempurnaan tauhid. Sabar termasuk
kewajiban yang harus ditunaikan oleh hamba, sehingga ia pun bersabar menanggung
ketentuan takdir Allah.
Ungkapan
rasa marah dan tak mau sabar itulah yang banyak muncul dalam diri orang-orang
tatkala mereka mendapatkan ujian berupa ditimpakannya musibah. Sabar adalah hal
yang wajib dilakukan tatkala tertimpa takdir yang terasa menyakitkan. Maka
selanjutnya bersabar dalam rangka menjalankan ketaatan dan meninggalkan
kemaksiatan dihukumi wajib juga.
Secara
bahasa sabar artinya tertahan. Orang Arab mengatakan, “Qutila fulan shabran”
(artinya si polan dibunuh dalam keadaan “shabr”) yaitu tatkala dia berada dalam
tahanan atau sedang diikat lalu dibunuh, tanpa ada perlawanan atau peperangan.
Dan demikianlah inti makna kesabaran yang dipakai dalam pengertian syar’i.[7]
Ia
disebut sebagai sabar karena di dalamnya terkandung penahanan lisan untuk tidak
berkeluh kesah, menahan hati untuk tidak merasa marah dan menahan anggota badan
untuk tidak mengekspresikan kemarahan dalam bentuk menampar-nampar pipi,
merobek-robek kain dan semacamnya. Maka menurut istilah syari’at sabar artinya:
Menahan lisan dari mengeluh, menahan hati dari marah dan menahan anggota badan
dari menampakkan kemarahan dengan cara merobek-robek sesuatu dan tindakan lain
semacamnya.
Imam
Ahmad rahimahullah berkata, “Di dalam al-Qur’an kata sabar disebutkan dalam 90
tempat lebih. Sabar adalah bagian iman, sebagaimana kedudukan kepala bagi
jasad. Sebab orang yang tidak punya kesabaran dalam menjalankan ketaatan, tidak
punya kesabaran untuk menjauhi maksiat serta tidak sabar tatkala tertimpa takdir
yang menyakitkan maka dia kehilangan banyak sekali bagian keimanan”
Salah
satu ciri karakteristik iman kepada Allah adalah bersabar tatkala menghadapi
takdir-takdir Allah. Keimanan itu mempunyai cabang-cabang. Sebagaimana
kekufuran juga bercabang-cabang.
Dalam
hadis yang diriwayatkan oleh imam Muslim yang menunjukkan bahwa niyaahah
(meratapi mayit) itu juga termasuk salah satu cabang kekufuran. Sehingga setiap
cabang kekafiran itu harus dihadapi dengan cabang keimanan. Meratapi mayit adalah
sebuah cabang kekafiran maka dia harus dihadapi dengan sebuah cabang keimanan
yaitu bersabar terhadap takdir Allah yang terasa menyakitkan[8].
3. Kesabaran Bagi Pendidik
Diantara
sifat yang harus dipegang oleh tokoh pendidik adalah kesabaran, kesabaran merupakan
kekuatan moral dari kekuatan kehendak. Kekuatan ini bisa mendorong manusia untuk
menahan diri dari derita dan cobaan.
Sabar
brarti menahan. Ini brarti puasa kita juga bisa berarti kesabaran, karena dalam
menjalankan ibadah puasa seseorang dituntut untuk bisa menahan diri dari
makanan, minuman, dan syahwat, serta segala sesuatu yang bisa membatalkan puasa
untuk beberapa waktu. Kebanyakan ahlak keimanan itu termasuk katagori sabar.
Allah
Swt. Berfirman;
(tûïÎŽÉ9»¢Á9$#ur’ÎûÏä!$y™ù't7ø9$#Ïä!#§ŽœØ9$#urtûüÏnurĨù't7ø9$#3y7Í´¯»s9'ré&tûïÏ%©!$#(#qè%y‰|¹(y7Í´¯»s9'ré&urãNèdtbqà)GßJø9$#ÇÊÐÐÈ
“….dan orang-orang yang sabar dalam
kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang
benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa”.(QS.
Al-Baqarah: 177)
Karena agunggnya kesabaran dan ketegaran, orang yang
memiliki sifat ini akan mendapatkan pahala yang besar dari Allah Swt. Dalam
firman-Nya, Allah menyatakan kecintaanya kepada orang-orang yang bersabar.
3ª!$#ur=Ïtä†tûïÎŽÉ9»¢Á9$#ÇÊÍÏÈ
“Allah
menyukai orang-orang yang sabar”. ( QS. Ali-imran:146)
Jika
pendidik muslim memiliki sifat seperti ini dan terus meningkatkannya dalam
jiwa, sikap, dan amalnya, niscaya Allah Swt. Akan terus bersamanya. Allah telah
berjanji dalam Al-kitab bahwa dia akan terus menyertai orang-orang yang sabar ;
4¨bÎ)©!$#yìtBtûïÎŽÉ9»¢Á9$#ÇÊÎÌÈ
“…
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”. (QS.
Al-baqarah: 153)
Allah
Swt. Juga akan melipat gandakan pahala orang-orang yang sabar, yang terus
menjadikan sabar sebagai penolongnya dalam menaati Allah, serta dalam pekerjaan
dan mu’amalah mereka. Allah berfirman;
$yg•ƒr'¯»tƒz`ƒÏ%©!$#(#qãZtB#uä(#qãY‹ÏètGó™$#ÎŽö9¢Á9$$Î/Ío4qn=¢Á9$#ur4¨bÎ)©!$#yìtBtûïÎŽÉ9»¢Á9$#ÇÊÎÌÈ
“Hai
orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu,[9]
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”.(QS.
Al-baqarah: 153)
Allah Swt. Berfirman dalam Al-kitab
surat Al-‘ashr: 1-3)
ÎŽóÇyèø9$#urÇÊȨbÎ)z`»|¡SM}$#’Å"s9AŽô£äzÇËÈžwÎ)tûïÏ%©!$#(#qãZtB#uä(#qè=ÏJtãurÏM»ysÎ=»¢Á9$#(#öq|¹#uqs?urÈd,ysø9$$Î/(#öq|¹#uqs?urÎŽö9¢Á9$$Î/ÇÌÈ
1. Demi masa.
2.
Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
3.
Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat
menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi
kesabaran.
Begitulah.
Kita temukan bahwa kedudukan sabar sangatlah tinggi dan tidak didapatkan
kecuali oleh orang-orang yangbertakwa dan tulus keimananya. Dalam hadist yang
diriwayatkan imam bukhori. Dari anas r.a. ia berkata, “Aku mendengar Rasulallah Saw. Bersabda, sesungguhnya Allah berfirman,
jika aku menguji hambaku dengan orang yang dikasihinya dania tetap bersabar,
Aku gantikan orang yang dikasihinya dengan surga”[10]
Dalam al-qur’an juga banyak ayat-ayat yang menjelaskan tentang anjuran
untuk bersabar, serta menjelaskan pahala dan kedudukanya. Diantaranya adalah
firman Allah Swt.
¢Óo_ç6»tƒÉOÏ%r&no4qn=¢Á9$#öãBù&urÅ$rã÷èyJø9$$Î/tm÷R$#urÇ`tãÌs3ZßJø9$#÷ŽÉ9ô¹$#ur4’n?tã!$tBy7t/$|¹r&(¨bÎ)y7Ï9ºsŒô`ÏBÇP÷“tãÍ‘qãBW{$#ÇÊÐÈ
“Hai anakku,
Dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah
(mereka) dari perbuatan yang mungkar dan Bersabarlah terhadap apa yang menimpa
kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh
Allah)”. ( QS. Al-Luqman: 17)
Dari
penjelasan diatas, jelaslah bahwa kedudukan sabar sangat muliah disisi Allah,
dan bahwa sabar merupakan ciri kaum yang beriman dan sifat yang melekat dalam
iman. Ketika hendak memilih seorang tokoh pendidik yang sabar, kita harus
berusaha memilih seorang mu’min yang kuat hubunganyadengan Allah Swt., yang
menjadikan keimanan dan tanggung jawabya sebagai bukti baginya dalam kehidupan
ilmiah, amaliah, dan social.
dKesimpulan
Sabar memiliki arti (ash-shabr) adalah melarang (al-man’u) dan mennahan (al-habs).
Jadi sabar berarti menahan jiwa untuk tidak bersedih dan berputus asa, juga
menaan lisan untuk tidak mengeluh, serta menahan tangan untuk tidak menampar
pipi, merobek pakaian, dan semacamnya.
Bahwa sabar tidak akan sempurnah jika dalamnya tidak
ada kesadaran yang kemudian diiringi dengan tindakan. Sabar merupakan keadaan
dimana adanya nafsu/ keinginan yang bertentangan dengan nafsu/keinginan yang
lain dikarenakan berbedanya kemauan dan perjuangan.
Hakikat kesabaran dalah suatu ahlak yang muliah (mahmudah) yang dimiliki oleh seseorang,
yang dengannya dia mampu menahan diri dari perbuatan yang tidak baik dan tidak
patut. Sabar adalah salah satu kekuatan seseorang yang denganya pribadi orang
bisa menjadi lebih baik.
Sabar tergolong perkara yang menempati kedudukan
agung (di dalam agama). Ia termasuk salah satu bagian ibadah yang sangat mulia.
Ia menempati relung-relung hati, gerak-gerik lisan dan tindakan anggota badan.
Sedangkan hakikat penghambaan yang sejati tidak akan terealisasi tanpa
kesabaran.Hal ini dikarenakan ibadah merupakan perintah syari’at (untuk
mengerjakan sesuatu), atau berupa larangan syari’at (untuk tidak mengerjakan
sesuatu), atau bisa juga berupa ujian dalam bentuk musibah yang ditimpakan
Allah kepada seorang hamba supaya dia mau bersabar ketika menghadapinya.
Diantara sifat yang harus dipegang oleh tokoh
pendidik adalah kesabaran, kesabaran merupakan kekuatan moral dari kekuatan
kehendak. Kekuatan ini bisa mendorong manusia untuk menahan diri dari derita
dan cobaan.
e. Daftar
Pustaka
- 1. Abdullah al-yamani. Qisthi press. Sabar: 2009.
- 2. http://muslim.or.id/akhlaq-dan-nasehat/hakikat-sabar-1.html
- 3. Al-jauziyah, ibnu al-Qoyim. Bekal untuk orang-orang sabar; 2010.
- 4. Fachrudin. Pembinaan mental bimbingan al-quran: 1992.
- 5. Imam ghozali. Taubat sabar dan syukur: 1983.
[1]
Fachrudin. Pembinaan mental bimbingan al-quran: 1992. Hal. 50
[2] Imam
ghozali. Taubat sabar dan syukur: 1983. Hal. 150
[3]
Al-jauziyah, ibnu al-Qoyim. Bekal untuk orang-orang sabar; 2010. Hal. 15
[4]Nabi
Ayyub a.s. menderita penyakit kulit beberapa waktu lamanya dan dia memohon
pertolongan kepada Allah s.w.t. Allah Kemudian memperkenankan doanya dan
memerintahkan agar dia menghentakkan kakinya ke bumi. Ayyub mentaati perintah
itu Maka keluarlah air dari bekas kakinya atas petunjuk Allah, Ayyub pun mandi dan
minum dari air itu, sehingga sembuhlah dia dari penyakitnya dan dia dapat
berkumpul kembali dengan keluarganya. Maka mereka kemudia berkembang biak
sampai jumlah mereka dua kali lipat dari jumlah sebelumnya. pada suatu ketika
Ayyub teringat akan sumpahnya, bahwa dia akan memukul isterinya bilamana
sakitnya sembuh disebabkan isterinya pernah lalai mengurusinya sewaktu dia
masih sakit. akan tetapi timbul dalam hatinya rasa hiba dan sayang kepada
isterinya sehingga dia tidak dapat memenuhi sumpahnya. oleh sebab itu turunlah
perintah Allah seperti yang tercantum dalam ayat 44 di atas, agar dia dapat
memenuhi sumpahnya dengan tidak menyakiti isterinya yaitu memukulnya dengan
dengan seikat rumput.
[5]Yang
dimaksud dengan azab tersebut antara lain kekalahan mereka pada peperangan
Badar, yang dalam peperangan itu orang-orang yang terkemuka dari mereka banyak
terbunuh atau ditawan, dan musim kering yang menimpa mereka, hingga mereka
menderita kelaparan. (lihat ayat 75).
[6]Abdullah
al-yamani. Sabar: 2009. Hal. 15
[7]http://muslim.or.id/akhlaq-dan-nasehat/hakikat-sabar-1.html
[8 Q5]At Tamhiid,
hal.389-391
[9] Ada pula
yang mengartikan: Mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat.
[10]Abdullah al-yamani.
Sabar: 2009. Hal.227
No comments for "Makalah Hakikat Sabar "
Post a Comment
Berikan Komentarmu di Sini, Untuk Beropini, Bertukar Ide dan atau Sekedar Sharing..