Sejarah Pembentukan Bumi dan Perkembangannya

Sebelum kemudian terbentuk menjadi berbagai planet dan benda luar angkasa lainnya, tata surya dipercaya berawal dari ruang hampa yang mengalami berbagai proses yang dijelaskan dalam bebrapa teori pembentukan tata surya, mulai dari teori kabut asap, ledakan besar hingga dalam kajian teologi  juga membicarakan hal tersebut.

Sejarah Pembentukan Bumi dan Perkembangannya
Peta dunia saat ini. Sejarah zaman pembentukan bumi dan perkembangannya. Sumber gambar: Pixabay.com


Dalam artikel ini, kami akan mencoba menjelaskan bagaimana sejarah pembentukan bumi dan perkembangannya, lebih lanjut mari kita ikuti uraian selanjutnya;

Zaman Sejarah Pembentukan Bumi

Selain bumi sebagai salah satu penghuni tata surya ini, secara berturut-turut planet yang terdekat hingga terjauh dengan matahari adalah Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, dan paling jauh adalah planet Pluto. Bumi menjadi planet ketiga yang paling dekat dengan matahari, dan planet terbesar adalah planet Jupiter.

Suatu teori menjelaskan bahwa awal mula dari terbentuknya bumi adalah berasal dari gumpalan gas dari matahari, kemudian terpisah dari gumpalan besarnya yang terus berputar dan mengelilingi gumpalan besar (matahari), lalu mengalami pendinginan berubah menjadi cairan dan selanjutnya bagian terluarnya semakin memadat dan tebentuklah planet bumi. 

Proses tersebut dipercaya telah terjadi jutaan tahun yang lalu, dimana bahan-bahan yang lebih berat menggumpal dibagian inti, sedangkan bagian terluarnya banyak mengandung unsur oksida silicon (SiO2), bagian ini memiliki ketebalan sekitar ± 1.200 km, dan dibagian bawah terdapat banyak unsur logam sulfida, dan lebih dalam lagi terdapat unsur besi serta nikel.

Pembentukan bumi terdiri atas beberapa fase, dimana Zaman Sejarah Pembentukan Bumi dapat kita klasifikasikan kedalam zaman, yaitu Prakambrium, Paleozoikum, Mesozoikum, dan Kenozoikum, untuk lebih jelas, mari kita ikuti ulasan lebih lanjut;

1. Zaman Prakambrium

Zaman prakambrium adalah fase paling tua dari ketiga zaman pembentukan bumi, fase ini jarang sekali ditemukan berada pada permukaan bumi, hanya terbatas pada daerah tertentu saja. Diperkirakan batuan prakambrium yang terdapat dipermukaan tanah karena sejak terjadinya belum pernah tertutup sedimen, atau sedimen yang lebih mudah tersebut telah habis terkikis oleh erosi. Umumnya daerah yang mengandung batuan prakambium adalah daerah pusat benuh.

Lapisan prakambrium tersusun atas batuan-batuan berhamblur, baik yang berasal dari pembekuan magma cair maupun peleburan serta penghabluran kembali sedimen dan batuan-batuan yang sebebakan oleh proses kimiawi ataupun fasis pada sedimen dan batuan beku.

Pada masa prakambrium tidak ditemukan bentuk-bentuk hidup yang bertekstur jelas, pada masa ini didapati jejak rayapan cacing dan serupanya, namun tidak ditemukan jasad yang dapat membuat rangka keras sehingga proses pemfosilan tidak mungkin terjadi.

2. Zaman Paleozoikum

a. kambrium

Berbeda dengan terjadi pada masa prakambrium, pada masa kambrium telah ditemukan endapan fosil jasad-jasad yang telah sampai pada masa perkembangan tinggi. Walaupun demikian, pada masa ini masih terbatas pada penemuan jasad-jasad air, terutama jasd samudera seperti Archaecyata dan binatang Trilobit Olenellus.

1) Archaecyata

Jenis Archaecyata banyak membentuk endapan batuan kapur seperti halnya binatang karang yang saat ini banyak ditemui di laut-laut daerah tropika. Endapan gamping tersebut saat ini banyak ditemui di California, Siberia, Spanyol, Australia, dan lain-lain.

2) Trilobit Olenellus

Salah satu penunjuk zaman kambrium adalah Trilobita, yaitu binatang sebangsa udang-udangan yang berkulit keras.

Batuan yang ada pada masa kambrium memiliki karakteristik endapan gamping yang berlempung dan kaya akan fosil. Pembentukan gamping memerlukan air yang hangat, hal ini berarti bahwa pada waktu tersebut memiliki iklim sedang, bahkan panas. Masa kambrium tersebut ditaksir berada pada waktu sekitar 70 tahun lamannya.

Dengan ditemukannya binatang yang dapat memfosil, maka dapat diketahui ada 3 (tiga) macam zaman kambrium, yaitu fauna Kambrium bawah, fauna Kambrium tengah, dan fauna Kambrium atas;

  • Fauna kambrium bawah, yang bersifat kosmopolit dimana binatang-binatang tersebut terdapat diberbagai belahan dunia (Trilobit Olenellus)
  • Fauna kambrium tengah, di zaman ini telah terbagi menjadi daerah-daerah fauna pasifik dan atlantik
  • Fauna kambrium atas, daerah fauna pasifik bercirikan Diclocephalus, sedangkan daerah fauna atlantik bercirikan Olenus.

b. Zaman Silur

diZaman silur terdapat penyebaran fauna yang lebih luas jika dibandingkan dengan zaman kambrium. Binatang yang mencirikan zaman ini adalah kelompok binatang vertebrata (binatang bertulang belakang/punggung). Zaman silur dicirikan dengan fosil Graptalit yang merupakan kumpulan binatang kecil yang disebut Rabdosoma.

Di Indonesia zaman silur merupakan zaman tertua yang ditemuan di batu-batu lepas dalam sungai di Papua yang bernama Halisites. Iklim pada zaman silur mengalami panas yang hampir sama dengan dizaman kambrium. Terdapat sisa evaporit yang menunjukkan adanya iklim yang kering.

c. Zaman Devon

Dimasa devon, telah ditemukan tumbuh-tumbuhan daran dan binatang yang memiliki tulang belakang. Pada masa itu, banyak ditemukan lapisan endapan daratan yang luas, diantaranya diendapkan di sungai dan danau, dalam lapisannya terdapat fosil-fosil ikan yang ditemukan.

Di Indonesia zaman devon yang ditemukan dibeberapa tidak dibanyak tempat, Clathrodyctyon daerah sungai telen di Kalimantan merupakan satu-satunya wilayah di Indonesia yang memiliki batuan devon.

d. karbon

Zaman karbon ditandai dengan adanya sejumlah besar karbon bebas (Carbonium) diberbagai daerah di belahan dunia, yang sangat berpengaruh terhadap keadaan iklim atau cuaca.

3. Zaman Mesozoikum

Mesozoikum tersusun dari tiga zaman, yaitu zaman kapur yang berumur ± 90 juta tahun, jura (140 tahun) dan trias (190 tahun), zaman-zaman tersebut kemudian disebut dengan tingkat kehidupan pertengahan. Diperkirakan iklim pada masa itu adalah basah, yang ditunjukkan oleh beberapa flora dan fauna yang ada pada saat itu.

Adapun flora dan fauna yang berkembang pada zaman ini adalah tumbuh-tumbuhan berdaun lebar, binatang melata, amfibi, ikan, dan binatang menyusui, namun penyebarannya masih terbatas.

4. Zaman Kenozoikum/Neozoikum

Kenozoikum atau neozoikum merupakan tingkat kehidupan baru, yang terdiri dari zaman tersier dan zaman kwartir.

  • Zaman Tersier. Dizaman tersier tumbuhan berbunga mulai menyebar keseluruh wilayah kontinen, burung dan binatang menyusui mulai meluas dan batu bara muda mulai terbentuk. Zaman tersier terbagi menjadi tiga zaman, yaitu zaman eosin (70 juta tahun), zaman oligosen (42 juta tahun), dan zaman pleiosen (30 juta tahun)
  • Zaman Kwartir. Zaman kwartir terdiri atas zaman Pleistonsen dan Holosen, yang berumur sekitar 3 juta tahun yang lalu, pada masa ini telah muncul manusia yang pertama.

Sejarah Perkembangan Muka Bumi (Pangea-Gondewana)

Proses perkembangan muka bumi terus berlanjut hingga kini, sebelum akhirnya terpisah menjadi benua-benua dan pulau-pulau, muka bumi dahulu merupakan satu kesatuan benua besar atau yang lebih sering disebut dengan istilah “Pangea” yang mulai terbelah sekitar 200 juta tahun yang lalu.

Pada fase kedua terjadi pemisahan benua besar, yaitu Gondwanaland dan Laurasia yang terjadi sekitar 135 juta tahun yang lalu. Dan pada fase ketiga, Amerika Utara dan Selatan berpisah dari benua-benua lain. Kemudia kedua amerika tersebut menyatu dan benua-benua lain telah terbentuk sebagaimana yang kita kenal saat ini.

Berbagai proses perkembangan bentuk muka bumi tersebut di atas merupakan akibat dari adanya energi dari dalam bumi (endogen) yang sangat kuat, yang terus berlanjut hingga saat ini.

Lempeng Tektonik dan Perkembangan Muka Bumi

Perubahan bentuk muka bumi yang mula-mula adalah satu daratan kemudian berubah pada fase kedua, dan akhirnya menjadi bentuk permukaan bumi yang telah kita kenal saat ini adalah merupakan akibat dari adanya gerakan/kekuatas besar yang berasal dari dalam bumi. Lempeng-lempeng tektonik tersebut saling bergerak dan bergeser sehingga membentuk benua-benua, Asia, Laurasia, serta jajaran pulau-pulau dan pegunungan.

Untuk lebih jelas mengenai bagaimana penampakan muka bumi dapat terbentuk hingga saat ini yang kita kenal, mari kita ikuti pembahasan tentang teori apungan berikut;

1. Alfred L. Warger (1880-1930)

Alfred L. Warger menulis tentang Asal-usul Benua dan Lautan;

a. Membuktikan persamaan garis kontur pantai timur Amerika Selatan dan garis kontur Eropa Barat dan Afrika. Selain itu juga ditemukan kesamaan formasi geologi disepanjang pantai Afrika Barat dengan formasi geologi yang ada di pantai timur Amerika.

b. Benua yang dikenal sekarang merupakan satu kesatuan benua besar (benua Pangaea) yang kemudian pecah, dimana bagian selatan bergerak menuju ke barat dan ke utara menuju katulistiwa, yang menyebabkan terjadinya;

  1. Samudera Atlantik menjadi semakin luas karena benua amerika bergerak ke arah barat.
  2. Adanya kegiatas seismik yang luar biasa disepanjang patahan St. Andreas dekat pantai barat AS
  3. Samudera Hindia mendesak ke arah utara sehingga menimbulkan deretan pegunungan Himalaya.
  4. Pergerakan benua masih dapat dipantau hingga saat ini, dibuktikan dengan melebarnya celah-celah yang terdapat di celah alur-alur dasar samudera.

2. Des Cartes (1596-1650) 

Pokok-pokok teori kontraksi yang berbunyi; karena mengalami pendinginan terus-menerus maka bumi semakin susut dan berkerut, yang selanjutnya menjadi lembah-lembah di permukaan bumi. Teori ini selanjutnya diteruskan oleh E. Suess (1831-1914) yang menambahkan bahwa persamaan geologi yang terdapat di Amerika Selatan, Antartika, India, Australia dikarenakan semula daratan tersebut adalah satu, yang disebut sebagai Benua Gondwana, yang masih terdapat sisa-sisanya karena sebagian telah tenggelam di permukaan laut.

3. Teori Lempeng Tektonik J. Tuzlo Wilson dan Jason Morgan

J. Tuzlo seorang ahli geofisika Kanada, dan Jason Morgan ahli geofisika Amerika mengajukan skema teori lempeng tektonik sekitar tahun 1960-an, yang menyetakan bahwa litosfer bumi terdiri atas beberapa lempeng keras. Lempeng tersebut bergerak dan menuju pada lapisan yang lebih lunak yang disebut Astenofer.

Batas lempeng merupakan daerah yang paling sering terjadi gempa bumi, serta memiliki banyank gunung berapi. Di Indonesia terdapat tiga lempeng, yaitu lempeng Hindia dibagian selatan, sedangkan dibagian utara terdapat lempeng Eurasia, dan sebelah timur ada lempeng Pasifik.

Jika lempeng bergerak dan bertabrakan maka akan terjadi lipatan, menumpuk, atau patahan yang mengeluarkan energi yang sangat besar, hal ini dapat menyebabkan timbulnya gelombang tsunami jika gempa terjadi di laut, atau samudera.

Demikianlah artikel tentang zaman sejarah pembentukan muka bumi, dan perkembangannya. hingga saat ini muka bumi masih terus terbentuk oleh energi besar, baik yang berupa indogen maupun eksogen.

Lihat lebih banyak tentang; Prakambium, paleozoikum, mesozoikum, kenozoikum, Pangaea dan Gondwana, teori gerakan benua.

Sumber Utama

Dibyo Soegimo & Ruswanto, GEOGRAFI untuk SMA/MA Kelas X, 2009

No comments for " Sejarah Pembentukan Bumi dan Perkembangannya"