Menjaga Lingkungan Sebagian Dari Iman

Bagaimana hubungan antara menjaga lingkungan dan iman? apakah menjaga lingkungan sebagian dari iman? artikel ini akan membahasnya dengan mengingat bagaimana di Awal tahun baru kita disambut dengan berbagai kabar tentang bencana alam, agaknya ini tidak terlalu mengherankan, karena Indonesia menjadi langganan bencana, selain secara geografis Indonesia dikelilingi oleh gunung berapi (ring of fire), bencana alam juga banyak dipengaruhi oleh perilaku manunia yang sering abai terhadap kelestarian lingkungan.

Menjaga Kearifan Lokal, Iman, dan Lingkungan

Berdasarkan dali kemajuan, kita sering kali justru dengan seenaknya meninggalkan kearifan lokal, atau nilai yang dipengang oleh masyarakat tradisional, kita langsung menjustifikasi orang yang masih memegang nilai lama sebagai manusia yang kolot, ketinggalan zaman dan tidak mengerti arti dari sebuah kemajuan.

Kearifan lokal yang sering kali justru lebih bijak terhadap lingkungan, dimana terdapat kearifan atau "regulasi" dalam upaya pemanfaatan alam sehingga tidak sampai pada eksploitasi yang sangat berlebihan serta perusakan, yang walaupun tidak secara tertulis namun dipegang teguh, dipercaya dan diamalkan oleh masyarakat “tradisional”, hal ini sangat berbeda jika kita melihat masyarakat modern yang memiliki banyak aturan tertulis namun sering kali justru dilanggar, dan begitu mudahnya lepas dari jeratan hukum.

Baca Juga: Pengaruh Konversi Lahan Pertanian ke Industri dan Pemukiman terhadap Interaksi Antarruang

Manusia modern senantiasa memuja kemajuan dengan sudut pandang “pembangunan”, sehingga membuat banyak lahan pertanian, hutan, dan kawasan hijau lainnya diubah, dan ditanami beton-beton, gedung pencakar langit, dengan berbagai aktifitas pencemaran lingkungan yang dianggap sebagai hal yang lumrah dalam masyarakat idustri dewasa ini.

Alam yang Seolah tersakiti kemudian membalas dengan berbagai bencana mulai dari banjir, tanah longsor, pemanasan global, dan sampai pada perubahan iklim.

Data yang tercatat pada bencana banjir yang terjadi awal tahun 2020 di wilayah DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat misalnya telah menelan korban jiwa sebanyak 60 orang, dan dikabarkan 2 orang hilang per 4 januari 2020., selain itu wilayah yang terdampak banjir di tiga provinsi tersebut adalah sebanyak 103 kecamatan, dan 308 kelurahan, serta sekitar 92.261 (Sembilan puluh dua ribu, dua ratus enam puluh satu) jiwa yang mengungsi -(detik.com)-.

Jumlah tersebut bukanlah jumlah yang kecil, namun demikian, rupanya respon dari alam tidak membuat kita gentar sedikit pun, kita bergeming dan terus menggunduli hutan, mencemari lingkungan, dan yang paling sederhana adalah membuang sampah sembarangan.

Aktifitas yang kelihatanya remeh ini sebenarnya akan berdampak sangat besar bagi kelestarian lingkungan, karena sampah yang tidak mudah terurai oleh bakteri selanjutnya akan menggunung dan mencemari tanah, air dan udara secara bersamaan dan secara kasat mata akan menutup saluran air sehingga bencanapun akan datang.

Menjaga Lingkungan Sebagian Dari Iman
Kualitas iman seseorang bisa diukur salah satunya dari sejauh mana sensivitas dan kepedulian terhadap kelangsungan lingkunganhidup. -KH. Ali Yafie- (nu.or.id)




Namun demikian, Bencana alam yang begitu dasyat seolah hanya menjadi siklus biasa dimana kita mulai membuang sampah sembarangan-hujan-banjir, dan kemudian kita lanjutkan dengan menyalahkan berbagai pihak dan melupakan bahwa kita sendiri adalah sebagai salah satu penyebab bencana tersebut.

Baca Juga: Petani dan Kesejahteraannya

Mengkritik berbagai pihak/pejabat yang bertanggung jawab terhadap wilayah tertentu memang penting, namun menahan diri untuk tidak membuang sampah sembarangan tentu lebih baik.

Menjaga Lingkungan Sebagian Dari Iman

Sebagai seorang muslim tentu kita semua sadar bahwa suatu bencana akan selalu berhadapan dengan keimanan kita, karena tanpa ada alam yang bersahabat maka kita akan kesulitan untuk melaksanakan berbagai kewajiban dalam ritual keagamaan.

Saat banjir datang menggenangi pemukiman dan tempat ibadah misalnya, dimana kita akan melaksanakan sholat? Belum mulai sholat kita sudah disibukkan dengan pengungsian, dan menyelamatkan berbagai harta benda serta nyawa kita masing-masing. Dan jika kita melalaikan sholat, apakah kita tidak takut telah menggoyang, dan bahkan meruntuhkan tiang Agama?

Secara ilmu alam, manusia merupakan mahluk yang berada dalam tangga teratas rantai makanan, oleh sebab itu kapanpun manusia mau maka lenyaplah semua yang dikehendaki oleh manusia, dalam hal ini Alqur’an telah mengingatkan dalam Q.S. Al-Jasiyah (45-13),

”dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang ada di langit dana pa yang di bumi semuanya, (sebuah rahmat) dariNya. Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Alloh) bagi kaum yang berfikir”.

Dalam ayat ini setidaknya kita dapat belajar, bahwa memang alam dapat kita tundukkan, gunung dapat diratakan, membuat daratan di lautan, mengeruk kekayaan alam dari dalam tanah, menghabiskan hewan di hutan, dan lain-lain namun apakah hal itu akan membuat apa yang diciptakan allah menjadi rahmat bagi manusia?, atau sebaliknya hanya akan menjadikan jalan datangnya berbagai bencana, baik ekologi atau kemanusiaan.

Sebagai kaum yang berfikir, maka sudah menjadi kewajiban manusia untuk menjaga kelestarian alam, agar kita sebagai hambah Allah dapat melaksanakan kewajiban dalam beragama tanpa takut akan adanya bencana.

Lebih lanjut, Q.S. Al-an’am (165) menyebutkan bahwa manusia diutus dibumi sebagai seorang khalifah (pemimpin), maka sesungguhnya kita telah diuji dengan nikmat “kekuatan/kekuasaan” yang telah allah berikan, dan jika kita lalai maka allah mengancam dengan hukuman yang detang sangat cepat.

Baca Juga: HSN dan Ujian Berat Kaum Sarungan

“dan Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah di bumi, dan dia mengangkat (derajat) sebagaian kamu di atas yang lain, untuk mengujimu atas (karunia) yang diberikanNya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu sangat cepat memberi hukuman, dan sungguh Dia maha pengampun lagi maha penyayang”.

Alam semesta merupakan amanat yang harus kita jaga kelestariannya, agar ni’mat yang telah allah berikan tidak berubah menjadi laknat. Oleh sebab itu, Menjaga lingkungan adalah sebagaian dari iman, karena tanpa lingkungan yang damai, kita akan kesulitan untuk menegakkan agama, bukankah menegakkan agama adalah kewajiban bagi kita semua?.

Dalam sebuah kalimat yang sangat terkenal, bahkan telah kita hafal sejak anak-anak yang berbunyi “kebersihan adalah sebagian dari iman” sudah waktunya kita semua sadar dan melaksanakannya, tidak hanya bersikap reaksioner ketika datang bencana.

______________
Sumber:
Al-Quran
Sidik, F.M,, Korban tewas akibat banjir di DKI-Banten-Jabar bertambah menjadi 60 orang, detik.com (diakses: 6/1/2020)
nu.or.id

No comments for "Menjaga Lingkungan Sebagian Dari Iman"