Dilahirkan Manusia, Diasuh Social Media

Dilahirkan Manusia, Diasuh Social Media. Perkembangan teknologi menawarkan berbagai hal yang sulit kita bayangkan 20 tahun lalu, transportasi, pengiriman barang, pemesanan makanan, pembelian kebutuhan, transfer uang dan berbagai hal yang memudahkan kegiatan manusia lainnya dapat dilakukan hanya dengan membuka layar 5,5 inchi telepon genggam kita, sungguh tidak mungkin kita membayangkannya jika hidup di tahun 80-an, atau sebelumnya.

Perkembangan industri 4.0 memberikan banyak kemudahan, dimana kita dapat terhubung dengan tetangga, komunitas, dan bahkan dapat berjejaring sangat dekat dengan orang yang belum pernah kita kenal sebelumnya diberbagai belahan bumi lain. Social media memungkinkan kita untuk menyapa artis kelas dunia, orang yang kita gemari, atau bahkan kita juga dapat dengan mudah berkomunikasi dengan seorang presiden sekalipun hanya dengan telepon pintar yang kita miliki.

Perubahan-perubahan tersebut membuat dunia menjadi semakin dekat, pulau, benua, dan berbagai kebudayaan dapat disatukan dengan mudah dengan platform digital yang berkembang saat ini. Tidak berlebihan memang jika kita mengatakan dunia benar-benar seperti desa kecil bahkan bisa disebut "tanpa ada territorial".

Medsos Dan Perubahan Pola Komunikasi

Media sosial merupakan peron untuk saling bertukar informasi secara daring. Twitter, blog, youtube, Instagram, facebook, dan app pengirim pesan seperti watsapp serta banyak lagi media yang memfasilitasi netizen untuk saling bercakap, bertukar pikiran, dan membagikan berbagai perkembangan berita yang terjadi disekitar.

Sebagaimana diungkapkan Prof. Henry Subiakto bahwa pola komunikasi dalam masyarakat telah mengalami perubahan dari konvensional menjadi digital, yang terjadi tidak hanya di Indonesia, tapi juga terjadi diseluruh dunia. Hal ini karena hampir seluruh kegiatan manusia dewasa ini selalu menggunakan gadget yang tersambung dengan internet. Menurut survey, jumlah pengguna internet di Indonesia tembus angka yang cukup signifikan, yaitu 171.17 juta jiwa, hal ini dapat kita pamahami bagaimana berisiknya dunia maya di Indonesia.

Seiring Perkembangan teknologi-informasi serta kesadaran masyarakat untuk dapat menggunakan internet, utamanya peron media sosial juga membuat paradigma journalisme mengalami perubahan, dimana dizaman yang serba internet ini setiap orang dapat membuat berita dengan lebih realtime, baik berupa hal wajar sampai keanehan-keanehan dapat dikabarkan oleh netizen.

Perubahan ini ternyata juga mempengaruhi pola komunikasi dengan penguasa, karena dengan media sosial setiap warganet (netizen) dapat membagikan, like-dislike, dan bahkan berkomentar secara bebas terhadap berbagai kebijakan dan pemberitaan, yang membuat interaksi dan partisipasi masyarakat mengalami peningkatan.

Dampak Negative Dan Positif Perkembangan Media Sosial

Media sosial menjadi medium baru untuk dapat saling bercengkerama antar sesama warga negara, atau bahkan sesama warga dunia tanpa mengenal batas-batas kenegaraan (borderless).

Dengan tidak terbatasnya komunikasi yang dapat terjadi antar semua pihak, media sosial memiliki dampak negatif dan positif, diantaranya adalah:

  • Perubahan sosial masyarakat. Pola penggunaan media sosial secara positif dapat menumbuhkan berbagai partisipasi masyarakat yang mengarah pada perbaikan pada berbagai kebijakan yang berpengaruh pada kehidupan bersama, namun dampak negatifnya adalah perubahan berbagai nilai, dan norma yang sering kali justru merugikan komunitas, masyarakat atau individu.
  • Perubahan aktifitas. Pengaruh positif media sosial memungkinkan kita untuk beraktifitas secara lebih efektif dan efesien, serta lebih kreatif dan inovatif, namun dampak negatif dari perkembangan media sosial dapat membuat kita menjadi malas, dan tidak otentik.
  • Dan lain-lain

Perubahan-perubahan tersebut memungkinkan kita untuk dapat lebih dekat dengan keluarga atau masyarakat, karena dengan media sosial kita senantiasa dapat terhubung dengan komunitas yang lebih luas, yang tidak mengenal jarak dan waktu.

Namun demikian, hal ini tidak menampik dengan banyaknya konflik antar kelompok, ras, suku, dan agama yang terjadi akibat mudahnya komunikasi di media sosial yang hampir tanpa batas tersebut.

Dilahirkan Manusia, Diasuh Social Media

Hari ini setiap masyarakat adalah seorang “jurnalis”, semua orang dapat mengabarkan berita dengan mudah melalui akun media sosial yang mereka miliki. Misalnya berita tentang kebakaran, tanah longsor, atau berita lain yang terjadi diberbagai kawasan di Indonesia, dapat kita ketahui melalui postingan akun pribadi netizen. Bahkan berita yang dapat kita ambil dari sosial media kadang lebih cepat dari berbagai portal berita.

Dengan social media, setiap orang juga dengan mudah berkomentar, beropini, serta membagikan konten-konten yang ada di internet dengan sangat bebas. Namun sayangnya, tingkat literasi yang lemah membuat masyarakat begitu mudah percaya dengan yang mereka lihat di social media.

Keadaan tersebut diperparah dengan penyusunan algoritma media sosial yang akan membuat kita berada pada gelembung konten-konten yang serupa dengan konten yang sering kita lihat. Selain itu, sering kali kita juga hanya mencari pembenaran atas opini, atau pemikiran yang kita meliki, yang selanjutnya akan membuat kita mengikuti akun-akun yang membagikan konten berdasarkan minat yang kita miliki. Hal ini akan membuat pola pikir seseorang akan dengan mudah dikendalikan oleh konten media sosial.

Fenomena ini dimanfaatkan oleh beberapa pihak yang dapat melihat keuntungan ekonomisnya, karena dizaman akhir ini, like komen dan sharing berarti pundi uang yang nilainya sangat fantastis.

Bisnis konten tersebut seolah tak terbendung dewasa ini, banyak akun abal-abal yang membagikan konten unfaedah yang mengejar sharing dan view semata, dan sialnya karena rendahnya kemampuan berfikir kritis akhirnya kita dengan mudah untuk membagikan konten-konten tersebut.

Selain konten negatif berbau SARA, di media sosial juga melimpah konten yang mengumbar kemoleka n tubuh, hal ini menyusul perilaku masyarakat kita yang memiliki minat besar terhadap hal semacam itu, bahkan menduduki urutan lima besar dunia.

Lahan basah konten media sosial rupanya juga membuat para oknum politikus tertarik untuk dapat mengangkat isu-isu yang menguntungkan bagi kepentingan mereka, yang kemudian membuat suburnya pertumbuhan bisnis buzzer yang memiliki kemampuan mempromosikan "calon tertentu", menyerang orang lain, dan bahkan menyebarkan berita hoax yang dirancang sedemikian rupa, seolah-olah sebagai suatu fakta.

Hal ini membuat banyaknya kasus pertikaian yang naik kepermukaan karena sentiment yang begitu mudah dimainkan menjelang pemilu.

Sebagai akhir, perkembangan media sosial memang sangat membantu kita dalam berbagai aspek kehidupan, karena banyak informasi yang kita butuhkan untuk kepentingan pribadi, komunitas maupun bisnis. Oleh sebab itu maka berhati-hati terhadap konten yang dikonsumsi adalah hal yang tidak dapat ditawar lagi, agar kita tidak mudah “diasuh” oleh social media.
Ilustrasi diasuh media sosial. Sumber: diolah dari pixabay.com

No comments for "Dilahirkan Manusia, Diasuh Social Media"