Sarjana Tidak Melulu Soal PNS, Jadi Petani Juga OKE!

Page Title
Sarjana Tidak Menjadi PNS, Jadi Petani Juga OKE
sarjana tidak melulu menjadi pegawai, ada opsi lain dalam memilih sebuah pekerjaan. menjadi sorang petani misalnya / Ilustrasi seorang pegawai. Sumber : Pixabay.com


Menjadi sarjana tentu menjadi cita-cita banyak orang di Indonesia, namun ada pertanyaan yang mengganjal bagi kita, kenapa mereka ingin menjadi sarjana? Apakah sarjana itu hebat? Apakah keren? Dan apakah yang lainnya.

Dari beberapa survey singkat, ya walaupun memang jauh dari kata akademis, namun dalam survey tersebut saya menemukan bahwa kebanyakan dari para calon sarjana ingin menjadi sarjana adalah karena dengan bermodal sarjana setiap orang dianggap akan lebih mudah ketika mencari pekerjaan, dan tidak ketinggalan adalah menjadi seorang PNS.

Alasan tersebut memang jamak kita temukan dengan mudah pada masayarakat kita, dimana kerja sebagai PNS dianggap sebagai posisi yang stabil, yang gajinya akan diperoleh dengan pasti setiap bulannya, dan selain itu dalam benak kebanyakan orang, menjadi PNS berarti ada harapan untuk mengamankan hari tua kelak, karena akan ada tunjangan bulanan bagi mereka yang telah Pensiun.

Anggapan-anggapan tadi setidaknya menjadi alasan kebanyakan orang kenapa sangat berhasrat untuk diterima sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil), atau mungkin bahasa yang paling mutahir saat ini adalah ASN, atau Aparatur Sipil Negara.

Tidak mengherankan memang bila sebagian besar anak muda yang sedang menyelesaikan studi ditingkat kesarjanaan, atau anak tingkat sekolah menengah pun bahkan pada jenjang pendidikan dibawahnya, memiliki angan untuk dapat “bekerja kepada Negara”, karena dengan bekerja sebagai ASN maka kesetabilan hidup kemungkinan akan tercapai.

Sarjana Tidak Melulu Soal Menjadi PNS

Namun demikian, menjadi seorang ASN tentu bukan persoalan mudah, banyak hal yang harus dipersiapkan untuk dapat lolos “tes ini”, dan “tes itu”. Bahkan alih-alih mendapatkan pekerjaan tersebut banyak orang harus rela antri, dan berjejal ketika terdapat lowongan pekerjaan sebagai aparat sipil Negara tersebut.

Pemandangan yang lazim kita lihat ketika musim pendaftaran dibuka, maka akan banyak lulusan sarjana dari berbagai disiplin ilmu, dan berbagai latar belakang tingkat pendidikan, serta asal perguruan tinggi bermacam-macam akan rela mengantri untuk sekedar bisa mengikuti tes-tes tersebut.

Bonus Demografi, Peluang Besar Pembangunan Bangsa

Mencari pekerjaan bukanlah persoalan mudah di negeri ini, angka pengangguran terus mengalami penambahan yang tidak absen dari angka tersebut adalah kelompok para sarjana. Pengangguran terdidik, banyak orang menyebutnya demikian, adalah para golongan orang-orang yang kesulitan mendapatkan pekerjaan dari kelompok sarjana.

Ada banyak faktor kenapa para pengangguran terdidik tersebut sulit mendapatkan pekerjaan, mulai dari jumlah lowongan pekerjaan tidak setara dengan jumlah angkatan kerja, sampai pada kualifikasi yang tidak sesuai dengan yang dipersyaratkan para pemberi kerja. Selain itu juga banyak alasan lain seperti pekerjaan yang tidak sesuai dengan minat, dan yang paling utama adalah banyaknya para pencari kerja, serta faktor yang lainnya.

Persoalan ini akan bertambah rumit ketika Indonesia berada pada puncak bonus demografi yang diramalkan akan jatuh pada sekitar tahun 2040 kelak. Dimana usia produktif akan lebih banyak dari usia yang tidak produktif.

Jika bangsa ini mampu menyambut bonus demografi dengan baik, tentu akan menjadi keuntungan yang sangat luar biasa bagi pembangunan Negeri, namun hal sebaliknya akan terjadi bila kita gagap dalam memanage bonus tersebut, maka justru akan menjadi bencana demografi yang seperti bom waktu, perlahan mendekat dan akan meledak pada waktunya.

Sarjana Masa Kerja Sebagai Petani?

Selain beberapa pekerjaan dijalur formal, sebanarnya banyak lagi perkerjaan yang tersedia dalam dibidang informal, seperti pada bidang pertanian maupun peternakan misalnya. Belum banyak masyarakat khususnya para masyarakat yang terdidik (baca: sarjana) yang berasal dari fakultas pertanian dan peternakan maupun dari fakultas lain yang melihat dunia pertanian dan peternakan sebagai peluang pekerjaan yang menjanjikan dimasa depan.

Cerita lain yang membuat para sarjana ogah menjadi seorang petani setidaknya dapat kita rangkum kedalam beberapa alas an, misalnya;

  1. Tidak minat
  2. Butuh modal besar
  3. Tidak memiliki lahan
  4. Gensi bekerja untuk bertani/beternak
  5. Tidak ada kepastian masa depan

Kelima alasan di atas memang tidak bias kita pungkiri menjadi salah satu hambatan bagi para sarjana untuk terjun berkarya dibidang pertanian. Modal besar misalnya, tentu menjadi hal yang sangat tidak compatible dengan sosok sarjana muda yang bisanya minim modal, dan tentu saja menjadi sosok yang diharapkan jamak masyarakat sebagai seorang pegawai, hal ini menjadikan para sarjana juga secara tidak langsung mejadi gengsi untuk terjun didunia pertanian/agriculture.

selain itu, tidak adanya kepastian masa depan bagi para sarjana jika terjun di dunia pertanian menjadikan dunia percocoktanaman/agriculture menjadi salah satu momok yang dihindari oleh mereka. Selanjutnya, banyak dari para sarjana juga bukan lahir dari orang tua yang bekerja sebagai petani, sehingga banyak dari mereka yang memang tidak memiliki lahan, dan akan sangat mahal sekali jika harus memulai usaha dibidang pertanian.

Sekelumit persoalan di atas seharusnya membuat kita yang konsen didunia pertanian untuk berintropeksi diri, misalnya bagaimana kita, atau kementrian terkait bisa memberikan intensif bagi para calon petani untuk dapat dengan mudah terjun dan berkarya menjadi seorang petani. Misalnya dengan memberikan pinjaman modal dengan bungah rendah, atau tanpa bunga misalnya, atau mungkin memberikan pinjaman lahan garapan bagi para sarjana yang memiliki komitmen yang kuat dalam dunia pertanian. Hal ini tentu akan menjadi pemicu lahirnya para petani muda di negeri yang katanya agraris ini.

Mengingat pentingnya para petani dalam menyanggah peradaban Negara kesatuan republik Indonesia tercinta, maka dirasa sangat perlu untuk memikirkan bagaimana keberlangsungan generasi para petani, khususnya para petani muda untuk percaya diri terjun dunia pertanian yang tentu saja imagenya tidak bagus-bagus amat saat ini.

Pertanian Sebagai Peluang Dimasa Depan

Pernahkah kita berpikir berapa tonase Indonesia mengimpor produk pertanian dari luar negeri? Beras, cabai, bawang, jagung, sapi, ayam, dan lain-lain datang dari mana? Kenapa Negara mengimpor pangan? Apa yang menyebabkan mereka memutuskan impor? Dan berbagai pertanyaan lain yang terkait dengan persoalan impor dinegeri yang agraris, katanya.

Bagi kita yang telah tercerahkan dengan persoalan bangsa yang krusial ini tentu ada jawaban yang sangat sederhana yaitu, “kekurangan bahan pangan”.

Kekurangan berarti? Peluang. Saat Negara membutuhkan beras dari Negara lain, itu berarti peluang bagi kita untuk terjun sebagai petani padi, segitu seterusnya jagung, cabe, bawang, sapi, ayam, dan lain-lain.

Peluang besar ini jika tidak kita tangkap dengan baik, maka akan menguap dan akan berahir menjadi keuntungan bagi para pemain impor pangan dinegeri ini, yang tidak berdampak sama sekali bagi para petani.

Pentingnya Para Petani Bagi Keberlangsungan Bangsa

Dunia pertanian sangat berarti bagi kepastian keberlangsungan bangsa Indonesia, pasalnya dunia pertanian memberikan sumbangsih yang sangat besar, misalnya (1) menyediakan bahan pangan dan menjamin ketahanan pangan, (2) memastikan ketersediaan bahan baku industry, (3) penyerapan tenaga kerja, (4) penjaga kesetabilan bangsa, (5) dan lain-lain.

Setidaknya empat menjadi alasan kuat, kenapa dunia pertanian harus kita bangun sejak dari dini, hal ini diperkuat oleh adanya pandemic saat ini yang terbukti dunia pertanian hampir tidak terdampak sama sekali, dan bahkan tetap survive tanpa interfensi negara.

Ilustrasi di atas merupakan salah satu contoh bagaimana dunia pertanian mampu bertahan disaat banyak sektor yang dianggap “bermartabat” oleh jamak masyarakat kita digoyang oleh pandemic, dan Para petani kita tetap berkontribusi dalam tegaknya kemandirian bangsa ini atau yang dalam istilah bapak bangsa kita disebut dengan berdikari.

Sebagai penutup, tidak ada salahnya bagi para sarjana untuk terjun didunia pertanian, karena selain memang sebagai pekerjaan yang terhormat bagi keberlangsungan bangsa, pertanian juga memberikan banyak peluang bagi mereka yang serius terjuan didalamnya.

No comments for "Sarjana Tidak Melulu Soal PNS, Jadi Petani Juga OKE!"