Makalah Teori Penciptaan Alam Semesta
Al-Qur'an
adalah kitab suci yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad Saw sebagai wahyu
sekaligus sebagai Mu'jizat dan didalamnya juga mengandung beberapa kemu'jizatan
diantaranya Al-Qur'an selalu benar dan singkron dengan ilmu pengetahuan modern
yang baru ditemukan sekarang. Al-qur’an sebagai sumber dari ilmu pengetahuan
nampaknya sudah tidak terbantahkan lagi bagi orang islam, bahkan sampai kepada
cendikiawan Barat. Di dalam Al-kitab ini tidak hanya termaktub tentang
persoalan tauhid saja. Namun banyak persoalan social dan ilmu pengetahuan lain
terdapat disana. Dan ini semua tidak lepas dari tujuan Allah untuk menunjukkan
kuasa-Nya pada manusia agar manusia bisa berpikir dan menemukan hakekat
penciptaan alam dan dirinya sendiri.
Gambar hanya ilustrasi|sumber: pixabay.com |
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan”. (Qs. Al-Baqaroh : 164)
Makalah Teori-teori Penciptaan Alam Semesta
Makalah ini
akan membahas tentang asal usul alam semesta, beserta teori-teorinya.
Rumusan
Masalah
- .jelaskan Teori-teori Penciptaan Alam Semesta, dan Konsep-konsep alam semesta!
- Bagaimana
Alam semesta dalam perspektif Al-Qur'an?
Tujuan
1. Untuk
Mengetahui jelaskan Teori-teori Penciptaan Alam Semesta, dan Konsep-konsep Alam
Semesta.
2. Untuk
Mengetahui Bagaimana Alam semesta dalam perspektif Al-Qur'an.
Pembahasan
Teori Terbentuknya Tata Surya
Melihat
kenyataan bahwa planet-planet bergerak mengelilingi matahari dengan orbitnya yang
berebentuk elips dengan arah peredaran yang sama yaitu berlawanan arah jarum
jam jika melihatnya dari kutub utara, ternyata arah revolusi planet-planet dan
satelitnya yaitu arah negative. Ini berlawanan dengan yang kita amati di bumi,
peredaran harian benda-benda langit seperti matahari, bulan dan bintang berarah
positf seperti arah peredaran harian matahari yang terbit di timur lalu naik
dan kemudian terbenam di barat. Adanya realitas yang demikian membuat para ahli
astronomi berkesimpulan bahwa tata surya terbentuk dari material yang berputar
dengan arah negative, hal ini kemudian memunculkan beberapa teori tentang
terjadinya tata surya sebagai berikut:
Teori Nebule atau teori kabut, yang dikemukakan ole Immanuel Kant (1749-1827) dan Piere Simon de Laplace (1796).
Matahari
dan planet berasal dari sebuah kabut pijar yang berpilin di dalam jagat raya,
karena pilinannya itu berupa kabut yang membentuk bulat seperti bola yang
besar, makin mengecil bola itu makin cepat putarannya. Akibatnya bentuk bola
itu memepat pada kutubnya dan melebar di bagian equatornya bahkan sebagian
massa dari kabut gas menjauh dari gumpalan intinya dan membentuk gelang-gelang
di sekeliling bagian utama kabut itu, gelang-gelang itu kemudian membentuk
gumpalan padat inilah yang disebut planet-planet dan satelitnya. Sedangkan
bagian tengah yang berpijar tetap berbentuk gas pijar yang kita lihat sekarang
sebagai matahari.[1]
Teori kabut
ini telah dipercaya orang selama kira-kira 100 tahun, tetapi sekarang telah
benyak ditinggalkan karena: (1) tidak mampu memberikan jawaban-jawaban kepada
banyak hal atau masalah di dalam tata surya kita dan (2) karena munculnya
banyak teori baru yang lebih memuaskan.[2]
Teori Planetesimal, Thomas C. Chamberlin (1843-1928) seorang ahli geologi dan Forest R. Moulton (1872-1952) seorang astronom.
Disebut
Planetesimal yang berarti planet kecil karena planet terbentuk dari benda padat
yang memang telah ada. Matahari telah ada sebagai salah satu dari
bintang-bintang yang banyak, pada satu waktu ada sebuah bintang yang berpapasan
pada jarak yang tidak terlalu jauh akibatnya terjadi pasang naik antara
matahari dan bintang tadi. Pada waktu bintang itu menjauh sebagian massa dari
matahari itu jatuh kembali ke permukaan matahari dan sebagian lain berhamburan
di sekeliling matahari inilah yang disebut dengan planetesimal yang kelak
kemudian menjadi planet-planet yang beredar pada orbitnya dan mengelilingi
matahari.
1. Teori Pasang Surut
James Jeans (1877-1946) dan Harold Jeffreys (1891) keduanya
dari Inggris, teori ini hampir sama dengan teori Planetesimal.
Setelah bintang itu berlalu dengan gaya tarik bintang
yang besar pada permukaan matahari terjadi proses pasang surut seperti
peristiwa pasang surutnya air laut di bumi akibat gaya tarik bulan. Sebagian
massa matahari itu membentuk cerutu yang menjorok kearah bintang itu
mengakibatkan cerutu itu terputus-putus membentuk gumpalan gas di sekitar
matahari dengan ukuran yang berbeda-beda, gumpalan itu membeku dan kemudian
membentuk planet-planet.
Teori ini menjelaskan mengapa planet-planet di bagian
tengah seperti Yupiter, Saturnus, Uranus dan Neptunus merupakan planet raksasa
sedangkan di bagian ujungnya merupakan planet-planet kecil. Kelahiran
kesembilan planet itu karena pecahan gas dari matahari yang berbentuk cerutu
itu maka besarnya planet-planet iti berbeda-beda yang terdekat dan terjauh
besar tetapi yang di tengah lebih besar lagi.[3]
2. Teori Awan Debu
dikemukakan oleh Carl von Weizsaeker (1940) kemudian disempurnakan oleh
Gerard P Kuiper (1950).
Tata surya terbentuk dari gumpalan awan gas dan debu.
Gumpalan awan itu mengalami pemampatan, pada proses pemampatan itu
partikel-partikeldebu tertarik ke bagian pusat awan itu membentuk gumpalan bola
dan mulai berpilin dan kemudian membentuk cakram yang tebal di bagian tengah
dan tipis di bagian tepinya. Partikel-partikel di bagian tengah cakram itu
saling menekan dan menimbulkan panas dan berpijar, bagian inilah yang kemudian
menjadi matahari. Sementara bagian yang luar berputar sangat cepat sehingga
terpecah-pecah menjadi gumpalan yang lebih kecil, gumpalan kecil ini berpilin
pula dan membeku kemudian menjadi planet-planet.
3. Teori
Bintang Kembar
Teori ini hampir sama dengan teori planetesimal.Dahulu
matahari mungkin merupakan bintang kembar,kemudian bintang yang satu meledak
menjadi kepingan-kepingan.Karena ada pengaruh gaya gravitasi bintang,maka
kepingan-kepingan yang lain bergerak mengitari bintang itu dan menjadi
planet-planet.Sedangkan bintang yang tidak meledak menjadi
matahari.[4]</div>
4. Teori Ledakan (big bang)
(Big Bang), George Gamow, Alpher dan Herman.
Alam pada saat itu belum merupakan materi tetapi pada
suatu ketika berubah menjadi materi yang sangat kecil dan padat, massanya
sangat berat dan tekanannya besar, karena adanya reaksi inti kemudian terjadi
ledakan hebat. Massa itu kemudian berserak dan mengembang dengan sangat cepat
menjauhi pusat ledakan dan membentuk kelompok-kelompok dengan berat jenis yang
lebih kecil dan trus bergerak, menjauhi titik pusatnya.
Dentuman besar itu terjadi ketika seluruh materi
kosmos keluar dengan kerapatan yang sangat besar dan suhu yang sangat tinggi
dari volume yang sangat kecil. Alam semesta lahir dari singularitas fisis
dengan keadaan ekstrem. Teori Big Bang ini semakin menguatkan pendapat bahwa
alam semesta ini pada awalnya tidak ada tetapi kemudian sekitar 12 milyar tahun
yang lalu tercipta dari ketiadaan.[5]
Pada tahun 1948, Gerge Gamov muncul dengan gagasan
lain tentang Big Bang. Ia mengatakan bahwa setelah pembentukan alam semesta
melalui ledakan raksasa, sisa radiasi yang ditinggalkan oleh ledakan ini
haruslah ada di alam. Selain itu, radiasi ini haruslah tersebar merata di segenap
penjuru alam semesta. Bukti yang ’seharusnya ada’ ini pada akhirnya
diketemukan. Pada tahun 1965, dua peneliti bernama Arno Penziaz dan Robert
Wilson menemukan gelombang ini tanpa sengaja. Radiasi ini, yang disebut
‘radiasi latar kosmis’, tidak terlihat memancar dari satu sumber tertentu, akan
tetapi meliputi keseluruhan ruang angkasa. Demikianlah, diketahui bahwa radiasi
ini adalah sisa radiasi peninggalan dari tahapan awal peristiwa Big Bang.
Penzias dan Wilson dianugerahi hadiah Nobel untuk penemuan mereka.
Pada tahun 1989, NASA mengirimkan satelit COBE (Cosmic
Background Explorer). COBE ke ruang angkasa untuk melakukan penelitian tentang
radiasi latar kosmis. Hanya perlu 8 menit bagi COBE untuk membuktikan
perhitungan Penziaz dan Wilson. COBE telah menemukan sisa ledakan raksasa yang
telah terjadi di awal pembentukan alam semesta. Dinyatakan sebagai penemuan
astronomi terbesar sepanjang masa, penemuan ini dengan jelas membuktikan teori
Big Bang.
Bukti penting lain bagi Big Bang adalah jumlah
hidrogen dan helium di ruang angkasa. Dalam berbagai penelitian, diketahui
bahwa konsentrasi hidrogen-helium di alam semesta bersesuaian dengan
perhitungan teoritis konsentrasi hidrogen-helium sisa peninggalan peristiwa Big
Bang. Jika alam semesta tak memiliki permulaan dan jika ia telah ada sejak dulu
kala, maka unsur hidrogen ini seharusnya telah habis sama sekali dan berubah
menjadi helium.
Segala bukti meyakinkan ini menyebabkan teori Big Bang
diterima oleh masyarakat ilmiah. Model Big Bang adalah titik terakhir yang
dicapai ilmu pengetahuan tentang asal muasal alam semesta. Begitulah, alam
semesta ini telah diciptakan oleh Allah Yang Maha Perkasa dengan sempurna tanpa
cacat.
“Yang Telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu
sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang
tidak seimbang. Maka Lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu lihat sesuatu yang
tidak seimbang?” (QS. Al-Mulk, 67:3)[6]
Alam Semesta Perspektif Al-Qur’an
Dari teori
yang sudah disebutkan di atas, kaitannya dengan isyarat Allah dalam Al-Qur'an
bahwa alam semesta tadinya merupakan satu gumpalan, dia berfirman dalam surat Al-Ambiya'
ayat 30
Artinya
:"Tidakkah orang kafir memperhatikan bahwa langit dan bumi tadinya
merupakan satu yang padu (gumpalan) kemudian kami memisahkannya, kami jadikan
air segala sesuatu yang hidup, maka mengapa mereka tidak juga beriman?"
Al-Qur'an
tidak menjelaskan secara detail bagaimana terjadinya pemisahan itu, namun apa
yang dikemukakan di atas tentang perpaduan alam semesta ini dibenarkan oleh para
ilmuan yang telah terkenal dengan teori ledakan besar atau Big-Bang. Juga
tentang meluasnya alam semesta, Al-Qur'an mengungkapkan dalam surat Adz-Zariyah
ayat 47
Artinya :
“Dan langit itu kami bangun dengan kekuasaan (kami) dan Sesungguhnya kami
benar-benar berkuasa”.
Dewasa ini,
meluasnya alam semesta dikenal dengan istilah "The Expanding
Universe" seperti diketahui bahwa alam semesta yang penuh dengan gugusan
bintang dan galaksi tersebut berjutaan tahun perjalanan cahaya dari bumi.
Edwin P.
Hubble merumuskan bahwa galaksi-galaksi tersebut disamping berotasi juga
bergerak menjauhi bumi, sebelumnya penemuan tersebut dianggap sebagai suatu
kesalahan, tapi lama kelamaan bisa diterima oleh banyak ilmuan.
Menurut
"The Expanding Universe" alam semesta bersifat seperti balon atau
gelombang karet yang sedang ditiup ke segala arah dengan kecepatan luar biasa.
Ini sesuai dengan pemaparan Al-Qur'an dalam surat Al-Ghasyiyah ayat : 17-18.
Artinya :
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan. Dan
langit, bagaimana ia ditinggikan?”.
Kekuatan
yang terlibat dalam pembangunan alam ini tidak dapat dibayangkan, yaitu
kira-kira terdiri dari 10.000 milyar bintang yang masing-masing masanya sekitar
massa matahari. Dan kenyataan ini menggusarkan para fisikawan pada umumnya
karena penciptaan alam ini dari ketiadannya memerlukan adanya yang maha
pencipta.
Maka
disinilah letak perbandingan konsepsi fisika tentang penciptaan alam dengan
ajaran yang ada didalam Al-Qur'an.[7]
Konsep-konsep Alam Semesta
Teori letusan hebat
Berbagai
teori tentang jagad raya membentuk suatu bidang studi yang dikenal sebagai
kosmologi. Einstein adalah ahli kosmologi modern pertama. Tahun 1915 ia
menyempurnakan teori umumnya tentang relativitas, yang kemudian diterapkan pada
pendistribusian zat di luar angkasa. Pada tahun 1917 secara matematik
ditentukan bahwa tampaknya ada massa bahan yang hampir seragam yang
keseimbangannya tak tentu antara kekuatan tarik gravitasi dan kekuatan olek
atau kekuatan dorong kosmik lain yang tak dikenal.
Pada tahun
1922 seorang ahli fisika Rusia muncul dengan pemecahan soal itu secara lain,
yang mengatakan bahwa kekuatan tolak tidak berperan bahkan jagad raya terus
meluas dan seluruh partikel terbang saling menjauhi dengan kecepatan tinggi.
Karena kekuatan tarik gravitasi, perluasan itu terus melambat. Sebelumnya,
partikel-partikel itu telah bergerak keluar bahkan lebih cepat lagi. Dalam
model jagat raya ini dahulu perluasan mulai pada saat yang unik yang disebut
“letusan hebat”.
Teori
letusan hebat rupanya begitu berlawanan dengan pengetahuan astronomi zaman
sekarang, yang mula-mula sedikit menarik perhatian. Akhirnya sebanyak bintang
dalam galaksi Bimasakti bukannya saling menjauhi satu sama lain, tetapi malahan
berjalan dalam orbit sirkular mengelilingi wilayah pusatnya yang padat. Akan
tetapi, pada tahun 1929 Edwin Hubble, ketika itu ahli astronomi di
Observatorium Mount Wilson, mengemukakan bahwa berbagai galaksi yang telah
diamatinya sebenarnya menjauhi kita, dan menjauhi yang lain, dengan kecepatan
sampai beberapa ribu kilometer per-detik.
Rupanya
galaksi-galaksi ini, seperti halnya Bimasakti kita, menjaga keutuhan bentuk
internalnya selama waktu yang panjang. Galaksi-galaksi itu secara
sendiri-sendiri mengarungi angkasa raya, kira-kira sebagain unit atau partikel
yang bergerak mengarungi ruang angkasa. Teori Einstein dapat diterapkan pada
berbagai galaksi, sebagai ganti bintang-bintang.[8]
Teori Keadaan Tetap
Kalau kita
kembali ke tahun 1948, tidaklah ditemukan informasi yang cukup untuk menguji
teori letusan hebat itu. Ahli Astronomi Inggris Fred Hoyle dan beberapa ahli
astro-fisika Inggris mengajukan teori yang lain, teori keadaan tetap yang
menerangkan bahwa jagat raya tidak hanya sama dalam ruang angkasa –asas
kosmologi- tetapi juga tak berubah dalam waktu asas kosmologi yang sempurna.
Jadi, asas kosmologi diperluas sedemikian rupa sehingga menjadi “sempurna” atau
“lengkap” dan tidak bergantung pada peristiwa sejarah tertentu. Teori keadaan
tetap berlawanan sekali dengan teori letusan hebat.
Dalam teori
kedua, ruang angkasa berkembang menjadi lebih kosong sewaktu berbagai galaksi
saling menjauh. Dalam teori keadaaan tetap, kita harus menerima bahwa zat baru
selalu diciptakan dalam ruang angkasa di antara berbagai galaksi, sehingga
galaksi baru akan terbentuk guna menggantikan galaksi yang menjauh. Orang
sepakat mengatakan bahwa zat baru itu ialah hydrogen, yaitu sumber yang menjadi
asal usul bintang dan galaksi.
Penciptaan
zat berkesinambungan dari ruang angkasa yang tampaknya kosong itu diterima
secara skeptis oleh para ahli, sebab hal ini rupanya melanggar salah satu
hukum.[9]
Simpulan
Teori-teori
penciptaan alam semesta diantaranya : Teori Kabut (Nebula), Teori Bintang
Kembar, Teori Pasang Surut atau Tidal, Teori Big Bang, Teori Ekspansi dan
Kontraksi, Teori Planetesimal, Teori Creatio Continua, Teori G.P.Kuiper.
Alam
semesta menurut perspektif al Qur’an yaitu al Qur’an tidak menjelaskan secara
detail bagaimana terjadinya alam semesta, yang mana membenarkan tentang teori ledakan atau big bang dan meluas/
berkembangnya alam semesta. Dimana perkembangan alam semesta yang kira-kira
terdiri dari 10.000 milyar bintang yang masing-masing masanya sekitar masa
matahari, sehingga tidak dapat dibanyangkan. Maka penciptaan alam ini dari
ketiadaannya memerlukan yang maha
pencipta.
Konsepsi
alam semesta yang meliputi konsepsi alam semesta Newton, konsepsi alam semesta
Einstein dan konsepsi alam semesta dalam alQur’an.
Penutup
Demikianlah
makalah ini kami buat, kami yakin makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka
kritik saran kami butuhkan, untuk perbaikan makalah mendatang. Kami selaku
pemakalah mohon maaf atas segala kekurangan. Dan semoga makalah yang kami buat
dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin
________________________________________
[1] Maskufa, Ilmu Falaq, cet. I, Jakarta:
Gaung Persada Press, 2009, hal. 30
[2] Danang
Endarto, Pengantar Kosmografi, cet. I, Surakarta: LPP UNS dan UNS Press, 2005,
hal. 83
[3]
Maskufa, Ilmu Falaq, cet. I, Jakarta: Gaung Persada Press, 2009, hal.30-31
[4]
http://hbis.wordpress.com/2009/10/07/teori-tata-surya-dan-teori-big-bang/tata
surya-2/
[5]
Maskufa, op cit, hal. 31-32
[6] http://hbis.wordpress.com/2009/10/07/teori-tata-surya-dan-teori-big-bang/tata
surya-2/
[7] http://hadirukiyah.blogspot.com/2010/07/teori-penciptaan-alam-semesta.html
[8] Danang
Endarto, Pengantar Kosmografi, cet. I, Surakarta: LPP UNS dan UNS Press, 2005,
hal. 77-78
[9] bid
hal. 79
DAFTAR
PUSTAKA
Maskufa,
Ilmu Falaq, cet. I, Jakarta: Gaung Persada Press, 2009.
Endarto,
Danang, Pengantar Kosmografi, cet. I, Surakarta: LPP UNS dan UNS Press, 2005.
http://hbis.wordpress.com/2009/10/07/teori-tata-surya-dan-teori-big-bang/tata
surya-2/
http://hadirukiyah.blogspot.com/2010/07/teori-penciptaan-alam-semesta.html
No comments for "Makalah Teori Penciptaan Alam Semesta"
Post a Comment
Berikan Komentarmu di Sini, Untuk Beropini, Bertukar Ide dan atau Sekedar Sharing..