PERUBAHAN KURIKULUM 2013 DAN RELEVANSINYA

Prinsip yang paling mendasar dari manusia adalah perubahan, manusia terus dituntut untuk melakukan pergerakan dari yang sederhana menuju kepada hal yang lebih kompleks. Bahkan pernah dikatakan the Founding Father kita Ir. Soekarno bahwa manusia harus terus bergerak, barang siapa yang berhenti maka dia akan diseret dan dilindas oleh sejarah. barang kali itu adalah sedikit kata bijak yang perlu kita renungi. Dari sini cukup untuk kita mengetahui betapa pentingnya arti sebuah perubahan. Namun dalam kesempatan kali ini kami tidak ingin membahas tentang perubahan social, ataupun sosiologi perubahan. Selanjutnya yang akan kami bahas adalah perubahan kurikulum dan relevansi kurikulum 2013. 

Dalam pandangan lama, atau bisa juga disebut pandangan tradisional merumuskan bahwa kurikulum diartikan sebagai seperangkat mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik untuk mendapatkan sebuah ijazah. Dalam pandangan ini siswa hanya dituntut untuk menghabiskan jatah mata pelajaran (SKS) pada suatu tingkat dalam waktu tertentu. Dari sini dapat diartikan bahwa pandangan kurikulum tradisional hanya mengutamakan ketuntasan siswa dalam menempuh suatu mata pelajaran dan kurang memperhatikan dua ranah selanjutnya, yaitu afektif dan psikomotorik seorang siswa.

Sementara itu, pandangan yang bisa disebut lebih modern yang diungkapkan oleh Romine (1954) “curriculum is interpreted to mean all of the organized courses, activities, and experimances which pupils have under direction of the school, wheather in the classroom or not, dapat diartikan bahwa kurikulum bersifat lebih luas dari pandangan pertama, dimana kurikulum dianggap bukan hanya seperangkat mata pelajara (courses), lebih dari itu semua, segala aktivitas dan pengalaman yang menjadi tanggung jawab sekolah, baik di dalam kelas maupun diluar kelas merupakan maksud dari kurikulum.

Dalam perjalanannya kurikulum terus bermetamorfosis, menyesuaikan dengan kebutuhan dan pandangan filosofis Negara republik Indonesia tentang kurikulum. Perubahan kurikulum mungkin masih bisa kita ingat mulai kurikulum 1994, kurikulum berbasis kopetensi tahun 2004, kurikulum KTSP tahun 2006 dan sekarang sampai pada kurikulum 2013.

Pada kurikulum 2013 ini banyak sekali pro dan kontra atas penyelenggaraanya. Disamping diakui oleh beberapa kalangan bahwa kurikulum ini adalah kurikulum yang sesuai dengan perkembangan zaman, akan tetapi banyak juga baik dari kalangan pendidik maupun kalangan dosen yang meragukan atas diselenggakannya kurikulum 2013 tersebut. Keraguan itu timbul karena masih belom jelasnya penerapan dan implementasi kurikulum 2013 dilapangan.


Ada sedikit perbedaan antara kurikulum baru dengan kurikulum sebelumnya (2006), dimana guru merupakan sumber (menulis di papan) dan murid menulis, atau guru menerangkan dan murid mendengarkan, berubah menjadi pengedepanan murid melakukan pengamatan, bertanya, mencoba, dan mengeksplorasi. Pola demikian ini hanya bisa terwujud apa  bila maindset guru dirubah dari mainset lama. Namun perubahan itu tentu membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Hal ini menjadi PR besar kementrian pendidikan dan kebudayaan republik indonesia.


Dalam merubah maindset guru, kemendikbud melakukan sosialisasi ataupun pelatihan-pelatihan kepada guru-guru mata pelajaran dan kepala sekolah, selain itu dalam strategi sosialisasi ini pemerintah kabupaten diberikan mandat untuk menyiapkan tenaga professional untuk membantu guru mata pelajaran dan kepala sekolah untuk melaksanakan kurikulum dikabupaten terkait.


Namun demikian pelatihan yang diselenggarakan untuk memudahkan guru dalam mengeksekusi kurikulum juga tidak semulus yang diharapkan, pasalnya pelatihan diselenggarakan hanya berjalan satu arah, pelatihan lebih mengedepankan tenik cerama, sehingga kebingungan peserta pelatihan tidak bisa di share dalam forum tersebut. Sebagaimana dilansir dalam metrotvnews.com (Kamis, 11 Juli 2013 | 15:13 WIB).

Kebingungan tidak cukup sampai disitu saja, model pembelajaran yang terintegrasi juga menyulitkan tenaga pendidik, karena masih abstraknya materi bisa kita lihat dalam kompetensi dasar dan kepetensi inti pada mata pelajaran matematika SD kelas satu misalnya: Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya. Kopetensi seperti demikian tentu saja akan menyulitkan seorang guru dalam menyusun materi pembelajarannya.

Disamping sumua ketidak jelasan dan kebingungan tenaga pendidik dalam mengeksekusi kurikulum tersebut, kurikulum 2013 memang dinilai sangat relefan untuk mulai digunakan dewasa ini, pasalnya santer terdengan isu Asean Community dimana akan terjadi perdagangan bebas antara Negara-negara angotanya, perdagangan tidak akan dibatasi oleh zona territory, geopolitik dan geoekonomi lagi, ditambah lagi dengan rencana besar master plan Asia Community yang akan membuat lalu lintas transportasi yang terhubung kesemua negar anggota. Hal ini tentu akan sangat menguntungkan semua masyarakat Negara anggota.

Namun demikian, dimulainya perdagangan bebas Asia tenggara tentu akan memunculkan beberapa masalah kebudayaan, mampukah Indonesia mempertahankan nilai-nilai, norma dan segala kearifan lokalnya?, tentu itu menjadi tanda Tanya yang besar. Jika Indonesia dengan system pendidikan lama, sudah barang tentu kearifan local Indonesia akan dengan mudah digerus oleh pertukaran produk budaya pada perdagangan bebas tahun 2013.

Baca Juga: HUBUNGAN BUDAYA DENGAN NASIONALISME


Nah, disinalah akan terlihat tugas dan fungsi kurikulum yang selain mengembangkan ranah kognitif, psikomotorik serta rana afektif. Dimana porsi pegembangan ranah afektif diberikan alokasi waktu 2 kali lipat dibandingkan dengan pengembangan ranah-ranah lainnya. Dengan demikian sikap, mental, moral atau lebih sering disebut dengan istilah afektif ini akan lebih terjaga dengan karakteristik keindonesiaan, sehingga selanjutnya masyarakat Indonesia tidak harus takut lagi dengan dampak moral yang disebabkan oleh rencana dijalankannya apasar bebas asia tenggara (asian community) yang akan segera diselenggarakan pada tahun 2015 mendatang.

No comments for "PERUBAHAN KURIKULUM 2013 DAN RELEVANSINYA"