Resayan, Budaya Gotong Royong Di Lamongan

Modernisasi senantiasa membuat masyarakat tergerus dan sedikit demi sedikit namun pasti akan melupakan budaya asli yang mereka miliki dan akan mengadaptasi kebudayaan yang dianggap lebih tinggi, atau hanya sekedar budaya POP –popular-. Artikel kali ini hanya ingin menceritakan bagaimana bentuk budaya gotong royong yang ada di kabupaten Lamongan yang masih eksis sampai saat ini.

Tidak hanya masyarakat kota yang saat ini telah menjadikan budaya pop sebagai bagian dari kehidupan mereka, masyarakat desa yang jauh dari wilayah perkotaan pun senantiasa bergeser dan menjadikan kebudayaan popular sebagai bentuk pencapaian dari kehidupan sosial dalam suatu komunitasnya.

Budaya Gotong Royong Di Lamongan
Arus modernitas yang dibawa oleh Globalisasi memang benar-benar dapat kita rasakan dalam setiap nadi kehidupan kita, sebut saja pembagian kerja, musik, pakaian, makanan, Bahasa, serta berbagai style yang dilahirkan oleh budaya pop. Dan yang menyedihkan adalah, budaya pop lebih sering mengedepankan popularitas yang dangkal akan makna.

Baca Juga: Bunga Sakura UIN Malang Mekar Kembali

Saat ini hampir tidak ada individu yang dapat lepas dari kebudayaan modern tersebut, bahkan yang tidak mengikuti budaya tersebut akan dilabel dengan istilah kuno, katrok, serta tidak mengikuti zaman.

Internet, gadget, televisi dan berbagai media lainnya membuat informasi tentang gaya hidup semakin mudah didapatkan. Hal ini membuat transformasi masyarakat dari pedesaan menjadi “kekota-kotaan” semakin cepat. Generasi melinial, sapaan bagi mereka yang sangat piawai menggunakan gawai/smartphone, adalah sasaran empuk bagi para pedagang kebudayaan. Dengan jumlah milenial yang besar, Indonesia menjadi tempat yang paling ramai dijajakan pasar produk kebudayaan tersebut.

Memang banyak orang beranggapan kehidupan modern merupakan suatu pencapaian dalam kehidupan masyarakat. Mereka yang masih hidup dalam suasana komunal sering kali dianggap sebagai masyarkat yang terbelakang, atau belum tersentuh oleh modernisasi. Namun ada yang menarik dari kebudayaan masyarakat di Kabupaten Lamongan yang masih menjaga budaya gotong royong yang jauh dari kata “modern”. Kali ini saya akan menceritakan bagaimana budaya gotong royong di kabupaten Lamongan yang masih hidup di tengah gerusan budaya global yang cenderung individualistik.

Resayan, Budaya Gotong Royong Dari Lamongan

Pagi itu seperti biasanya ayam berkokok seperti sebagaimana wilayah pedesaan pada umumnya telah mengawali kehidupan masyarakat di desa Lengor kecamatan Laren Kabupaten Lamongan. Ayam berkok menandakan sang fajar telah mengintip malu-malu di ufuk timur.

Baca Juga: Mental Bangsa Terjajah Dibalik Minta Foto Bareng Orang Asing

Hari masih gelap, kokok sang jago disusul dengan suara adzan yang menggemah berantai dari masjid merembet ke langgar-langgar, -sebutan Musholah di kebanyakan masyarakat jawa timur- tanda aktifitas masyarakat akan segera dimulai. Para santri berbondong-bondong menuju ke langgar untuk menunaikan jama’ah sholat subuh dan menuntut ilmu dalam halaqoh pengajian, maupun setoran bacaan alqu’an.

Budaya Gotong Royong Di Lamongan
Ilustrasi saat Resayan
Ibu-ibu mulai sibuk dengan masakan yang akan dihidangkan kepada masyarakat yang mengikuti kegiatan Resayan, umumnya hidangan tersebut berupa kuah santan yang lebih sering disebut dengan Lodeh. Disusul kemudian hidangan pencuci mulut seperti buah-buahan dan makanan kecil lainnya.

Bagi kalian yang belum tahu, Resayan merupakan suatu kegiatan dari masyarakat dusun Lengor untuk mendirikan, memindah, atau merobohkan rumah kayu untuk kemudian diganti, atau sekedar direnovasi.

Setelah sarapan ditengah matahari yang mulai terasa hangat kuku, kegiatan berikutnya adalah milik para bapak, atau anak laki-laki. Kegiatan ini tanpa garis komando yang jelas, setiap orang akan memilih pekerjaan yang menurutnya dapat dikerjakan dan tentu mampu untuk mengerjakannya.

Secara tradisi, kegiatan ini akan dimulai dengan menurunkan genteng, yang takut ketinggian, atau tidak ingin kena resiko jatuh dari atap akan memilih untuk posisi di bawah, sementara yang memiliki nyali lebih akan memilih naik ke atap kemudian mulai menurunkan atap dan diberikan kepada orang-orang yang berada di bawah, yang selanjutnya secara gotong royong, berbaris dan berantai memindahkan genting di tempat yang aman. Kegiatan ini biasanya akan diiringi dengan suara-suara teriakan yang secara sepontan dilontarkan oleh masyarakat yang ingin membangkitkan semangat para pekerja geratisan tersebut.

Budaya Gotong Royong Di Lamongan


Setelah genting berhasil diturunkan, dilanjutkan dengan merelokasi Gebyog atau dinding rumah, beserta Singgetan atau sekat pembagi ruangan dalam rumah, dan kerangka atas penyanggah genting. Secara sepontan mereka akan memilih posisi mana yang bisa dikerjakan, tanpa komando atau aba-aba dari pemilik rumah, maupun tetua yang berada disana.

Baca Juga: Tradisi Unik di Lamongan Wanitahlah Yang Melamar Laki-laki

Rumah kayu umumnya berupa pazel-pazel yang setelah dibongkar dapat disusun kembali, oleh karena itu dalam kegiatan Resayan harus hati-hati selain agar tidak terjadi kecelakaan kerja juga agar kerangka tidak rusak, sehingga dapat dipasang kembali.









Gotong royong dari masyarakat dusun Lengor kabupaten Lamongan ini diakhiri dengan makan siang serta dilanjutkan dengan pembagian buah tangan untuk keluarga dirumah masing-masing yang berupa nasi ketan yang diberi toping parutan kelapa khas masyarakat dusun Lengor.

Dalam kegiatan ini masyarakat bekerja berdasarkan kerelaan, sehingga tidak menginginkan imbalan dari pemilik hajat, hal ini berbeda sekali dengan tradisi masyarakat modern yang berorientasi pada imbalan pada setiap pekerjaan yang dilakukan.

Gotong royong, atau Resayan di kabupaten Lamongan ini merupakan budaya yang diwariskan turun temurun dari nenek moyang, dan dilestarikan oleh masyarakat Lengor sampai saat ini.

No comments for "Resayan, Budaya Gotong Royong Di Lamongan"