STRATIFIKASI SOSIAL: PENGETIAN, PEMBENTUKAN DAN PERBEDAANNYA DENGAN DEFERENSIASI SOSIAL

Para ahli mendefinisikan Stratifikasi sosial dengan beberapa pengertian sebagai berikut;
1. Robert M.Z.
Lawang mengungkapkan bahwa stratifikasi sosial adalah penggolongan masyarakat
kedalam pelapisan masyarakat tertentu yang secara hierarkis berdasarkan atas kekuasaan
dan prestise.
2. Paul B.
Horton dan Chester L. Hunt menjelaskan bahwa stratifikasi sosial merupakan system
penggolongan, atau perbedaan status yang berlaku dalam masyarakat.
3. Karl Marx
memandang statifikasi sosial lebih dititik beratkan pada kepemilikan, atau
penguasaan modal, harta, dan orientasi ekonomi lainnya.
Baca Juga: SISTEM DAN DINAMIKA DEMOKRASI PANCASILA
Dari beberapa definisi di atas maka
dapat kita simpulkan bahwa statifikasi sosial adalah strata, atau jenjang, atau
system perbedaan yang ada dalam masyarakat masyarakat yang secara hierarkis
menunjukkan ada masyarakat yang lebih tinggi dan ada masyarakat yang lebih
rendah. Stratifikasi sosial dalam beberapa bentuk kebudayaan atau agama kadang
memiliki berbagai variasi, misalnya dalam tradisi agama hindu kita mengenal ada
yang berada dalam kasta brahmana dan ada juga yang berada dalam kasta sudra,
walaupun di Indonesia system pengastahan ini sudah memiliki variasi tersendirii
dari system kasta yang ada di Negara india misalnya.[1] Dalam
masyarakat kapitalis stratifikasi sosial lebih ditekankan kepada kepemilikan
materi, oleh karena itu pembagian stratifikasi dalam masyarakat ini terdiri
atas masyarakat miskin dan masyarakat kaya, atau golongan pemilik modal dan
golongan buruh. Bentuk strata sosial pada bentuk masyarakat yang berbeda
biasanya memiliki strata yang berbeda variasinya, misalnya dalam masyarakat
demokrasi, oligarki, kapitalis, komunis, dan lain-lain.
Berdasarkan sifatnya stratifikasi sosial dibedakan kedalam 3 (tiga) bentuk, yaitu sratifikasi sosial terbuka dan stratifikasi sosial tertutup, dan stratifikasi sosial campuran;
1. Stratifikasi
sosial tertutup merupakan bentuk stratifikasi masyarakat yang cenderung tidak
bisa berubah, masyarakat tidak bisa berpindah tingkat baik ke tingkat yang atas
masupun tingkat yang lebih rendah.
2. Statifikasi
sosial terbuka, dalam bentuk stratifikasi ini, seseorang dapat berpindah sesuai
kompetensi dan keinginannya. Namun jika anggota masyarakat tersebut tidak dapat
menjalankan kewajiban dalam strata tersebut, maka dia dapat dikeluarkan.
3. Strafikasi sosial
campran ini dapat kita lihat di Indonesia, misalnya seorang yang berasal dari
tradisi yang membedakannya dalam kasta (masyarakat hindu), jika keluar atau
berpindah kejakarta misalnya, maka dia dapat berpinda dari strata yang
sebelumnya kepada strata yang lain sesuai keinginan dan kapasitas yang dia
miliki.[2]
- Ukuran Kekayaan
Ukuran kekayaan, atau kepemilikan
materi dijadika patokan untuk melihat seseorang berada dalam strata yang mana,
misalnya masyarakat yang memiliki kekayaan yang lebih banyak akan berada dalam
masyarakat yang lebih tinggi dari masyarakat yang tidak memiliki kekayaan. Kepemilikan
atas harta ini bisanya dilihat dari beberapa indicator, misalnya pada tempat
tinggal, kepemilikan barang-barang tersier, cara berpakaian, cara berbelanja
dan lain-lain.
- Ukuran Kekuasaan dan Wewenang
Masyarakat yang memiliki kekuasaan
yang lebih tinggi biasanya mendapat strata lebih tinggi dari yang lainnya,
namun seringkali orang yang memiliki wewenang dan kekuasaan berselingkuh dengan
orang-orang yang memiliki kekayaan, sehingga tidak jarang para pemilik modal,
orang-orang kayalah yang memiliki kekuasaan dan wewenang sesungguhnya. Walaupun
mereka berada dibalik layar (tidak terlihat oleh khalayak banyak).
- Ukuran Kehormatan
Stratifikasi sosial yang didasarkan
atas ukuran kehormatan biasanya akan terlepas dari system kepemilikan kekayaan
ataupun kekuasaan. Orang yang memiliki kehormatan akan mendapat strata paling
tinggi dalam masyarakatnya, kehormatan ini biasanya dapat diperoleh dari jasa
yang diberikan kepada masyarakat, budi pekerti yang dimiliki dan atau menjadi
orang tua. Strata sosial ini biasanya terdapat pada mayarakat tradisional.
- Ukuran Ilmu Pengetahuan
Dalam masyarakat yang menghargai
ilmu pengetahuan, orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan yang besar akan
mendapat stratifikasi sosial lebih tinggi dalam masyarakatnya. Kepemilikan ilmu
pengetahuan ini biasanya dapat dilihat dari kepemilikan gelar-gelar akademik
(kesarjaan) maupun gelar keagamaan misalnya seorang kiai, atau ustadz dan
lain-lain. Namun demikian, kepemilikan ilmu pengetahuan akan menjadi masalah
disaat kapasitas yang dimiliki tidak sesuai dengan gelar yang disandangnya, hal
ini diakibatkan oleh pencapaian gelar secara curang, atau yang tidak semestinya
dilakukan.
Perbedaan Stratifikasi Sosial dengan Diferesiasi Sosial
Jika stratifikasi sosial diartikan
sebagai pelapisan masyarakat kedalam keadaan yang bertingkat, ada yang lebih
tinggi dan ada yang lebih rendah, maka berbeda dengan deferensiasi sosial yang
tidak dapat digolongkan atau diklasifikasikan kedalam tingkat-tingkat. Di Indonesia
diferensiasi sosial dapat kita lihat kedalam diferensiasi agaman, ras, etnis,
klan, pekerjaan, budaya maupun jenis kelamin. Pengelompokan horizontal yang
didasarkan pada perbedaan ras, etnis, klan, dan agama disebut sebagai kemajemukan
sosial, dan pengelompokan berdasarkanperbedaan profesi, dan jenis kelamin
diseebut sebagai heterogenitas sosial.[4]
Sumber Gambar: www.ilmudasar.com
[2] http://www.ilmudasar.com/2017/05/Pengertian-Ciri-Sifat-Pembentukan-Penyebab-dan-Bentuk-Stratifikasi-Sosial-adalah.html
[3] https://id.wikipedia.org/wiki/Stratifikasi_sosial
[4] Siany
Indria L., dan Atik C. Budiarti, Antropologi: Untuk kelas X SMA dan MA (Solo;
PT Wangsa Jatra Lestari, 2016) hlm. 110
No comments for "STRATIFIKASI SOSIAL: PENGETIAN, PEMBENTUKAN DAN PERBEDAANNYA DENGAN DEFERENSIASI SOSIAL"
Post a Comment
Berikan Komentarmu di Sini, Untuk Beropini, Bertukar Ide dan atau Sekedar Sharing..