Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Milenial Kebelet Nikah
Apa Saja Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Milenial Kebelet Nikah? Saat kita mulai berselancar di
dunia maya, kita akan menemukan banyak konten-konten tentang hubungan laki-laki
dengan perempuan, entah asmara, pertengkaran atau tentang pernikahan.
Konten-konten itu akan banyak kita temukan di facebook, dan lebih banyak berada
di media berbagi gambar instagram (IG). Klo kita lihat lagi memang konten ini
memiliki banyak peminat, terlihat dari banyaknya akun yang membagikan ulang
konten-konten tentang mempercepat pernikahan tersebut.
Faktor Yang Menyebabkan Generasi Milenial Kebelet Nikah
Sesungguhnya hal ini adalah
lumrah, mengingat rata-rata akun yang saya ikuti sudah berkepala 2, ya sekitar
umur dua puluhan. itu artinya hormone testosterone dan progesterone dari
memilik akun tersebut memang sudah “matang”, dan memang sudah waktunya untuk
membicarakan persoalan lawan jenis. Namun sebagai netizen yang memiliki rasa
keingin tahuan yang besar, saya mulai risau dan memikirkannya berulang-ulang,
bahkan saat buang hajat di kamar mandipun saya selalu terngiang, kenapa
fenomena pernikahan muda “kawin muda” kembali menguat ditengah-tengah kehidupan
masyarakat?.
Nikah muda sempat menjadi sebuah gerakan yang cukup viral di media sosial |
Baru-baru ini laman okezone.com
juga melaporkan peristiwa nikah muda yang berasal dari daerah Kalimantan Selatan (KALSEL), seorang anak laki-laki berumur 13
tahun menikah dengan anak perempuan berumur 14 tahun[1].
Pernikahan ini juga banyak diperbincangkan netizen di instagram dan media
social lainnya. selain kasus ini, juga masih ada banyak kasus “nikah muda”
lainnya yang dapat kita jumpai dengan mudah di laman-laman berita. Banyaknya
fenomena pernikahan muda ini tentu akan membuat kita bertanya-tanya
susungguhnya apa yang menyebabkan fenomena yang terjadi di masa lalu, yang
sempat hampir ditinggalkan dan sekarang kembali menguat, dan saat saya
perhatikan ternyata banyak juga remaja atau orang dewasa awal (20 tahun-an) mulai
inten membicarakan persoalan pernikahan.
Milenial Kebelet Nikah
Angka perkawinan muda di
Indonesia masih tergolong tinggi, yakni urutan 37 di dunia dan menepati tangga
ke dua di ASEAN, setelah kamboja.[2]
Penelitian yang dilakukan BKKBN menunjukkan usia kawin pertama perempuan di
perkotaan sekitar 16-19 tahun, sedangkan di perdesaan sekitar 13-18 tahun.[3]
Pernikahan muda ini disebabkan oleh beberapa factor yang meliputi persoalan
seputar latar belakang social, ekonomi dan pendidikan. Selain factor-faktor di
atas, terjadinya fenomena nikah muda di kalangan milenial adalah sebagai
berikut;
Teman Menikah Lebih Dulu
Nikah muda tentu bukanlah suatu
cita-cita yang diimpikan sejak sekolah dasar, namun entah kenapa nikah muda
tiba-tiba menjadi semacam wabah yang menyerang milenial. Walaupun jumlahnya
tidak terlalu besar, namun itu juga akan mempengaruhi teman atau lingkungan di
mana pasangan nikah muda tinggal. Apa lagi itu adalah teman kita, praktis kita
juga akan merasa tersudut, atau setidaknya disudutkan teman-teman, atau
keluarga kita dengan perkataan-perkataan semacam “itu teman SD mu udah nikah,
kamu kapan?”, “masak kalah sama si A, udah nikah”, dan lain-lain.
Konsumsi Lagu-Lagu
Lagu-lagu yang beredar di pasaran
yang didominasi oleh lagu yang berlirik romantis, yang berisi seputar cinta,
nikah, asmara, dan lain-lain tentu akan mempengaruhi pola fikir para
pendengarnya. Dan sialnya, rata-rata music yang didengarkan oleh milenial
adalah music-musik yang bertajuk cinta, bahkan ada juga yang sampai mendekati
“porno”, kualitas sastra yang minim membuat lirik lagu zaman now yang relative
ceplas-ceplos tanpa memakai kiasan, majas dan sebagainya sehingga membuat
lagu-lagu zaman sekarang terlalu fulgar.
Konsumsi lagu-lagu melankolis,
yang bertajuk cinta ini dapat kita buktikan dengan coba melihat list lagu di
hpteman-teman kita, atau melihat list lagu kita sendiri, sudah dapat saya
pastikan kebanyakan adalah lagu-lagu seputar cinta. Hanya sedikit sekali
milenial yang mendengarkan lagu-lagu bertajuk perlawanan, kemanusiaan, dan
lagu-lagu pergerakan, atau mitivasi lainnya.
Tabel Usia Pernikahan Dalam Sudut Pandang Ekonomi Dan Masa Depan
Beredarnya sebuah tabel semacam
table periodic kimia yang berjudul “Tabel Usia Pernikahan Dalam Sudut Pandang
Ekonomi Dan Masa Depan” sontak membuat saya langsung berfikir untuk menikah pada
taraf ideal, jangan sampai ada pada taraf waspada, atau bahkan siaga. Table
periodik tersebut memaparkan pada usia berapa harus menikah, dan bahkan juga
menjelaskan pada usia berapa kita dapat menjadikan anak kita sebagai sarjana.
Tabel periodik pernikahan itu
begitu banyak diperbincangkan di grup-grup percakapan seperti watsapp, dan lain-lain,
dan tidak sedikit juga yang membicarakannya di media social berbagi gambar.
IG (Media Sosial)
Sindrom nikah muda ini juga
ditambah dengan popularnya konten-konten seputar nikah muda di media social,
khususnya instagram. Berbagai konten tentang nikah muda ini seperti konten
ceramah, konten video kreatif, konten video pacaran, dan bahkan ada juga yang mengoficiali tagar atau hastag Nikah Muda. Dan sialnya anak-anak
muda, dan remaja terlihat gandrung sekali dengan konten-konten seputar hal-hal
tersebut.
Nikah muda tentu akan menjadi
semacam ancaman bagi kita yang berumur mendekati atau melebihi batas ideal
tabel “Tabel Usia Pernikahan Dalam Sudut Pandang Ekonomi Dan Masa Depan” yang
sempat viral tempo hari, ya walaupun itu bukanlah kebenaran yang paling benar,
tp entah kenapa seolah-olah orang-orang tibah-tiba menggunakan tabel itu untuk
mengukur apakah pernikahan seseorang berada pada tingkat ideal, tingkat waspada
atau bahkan siaga.
Karena nikah bukanlah hanya persoalan ijab-qobul semata, oleh karena itu pernikahan haruslah dipikirkan matang-matang, tapi juga bukan untuk menghindari sebuah pernikahan, karena orang biasa seperti kita akan sulit sekali mecapai titik ideal untuk menikah. Punya rumah sendiri, pekerjaan yang mantap, gaji sesuai ekspektasi, kendaraan pribadi, dan lain-lain akan membutuhkan waktu yang panjang, dan rasanya jika mengikuti persepsi itu maka butuh perjuangan yang sangat keras, dan mungkin dirasa tidak mungkin untuk dapat nikah muda dengan kondisi-kondisi yang ideal tersebut.
Lalu bagaimana, kita pilih nikah muda? Atau nikah pada waktunya? Pilihan ada di tangan kita.
Demikianlah artikel tentang faktor yang menyebabkan para generasi milenial kebelet nikah muda, baca juga artikel lainnya di sini
Gambar hanya Ilustrasi
Mariyatul Qibtiyah, Faktor yang Mempengaruhi Perkawinan Muda Perempuan. Departemen Biostatistika dan Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
ibid
Karena nikah bukanlah hanya persoalan ijab-qobul semata, oleh karena itu pernikahan haruslah dipikirkan matang-matang, tapi juga bukan untuk menghindari sebuah pernikahan, karena orang biasa seperti kita akan sulit sekali mecapai titik ideal untuk menikah. Punya rumah sendiri, pekerjaan yang mantap, gaji sesuai ekspektasi, kendaraan pribadi, dan lain-lain akan membutuhkan waktu yang panjang, dan rasanya jika mengikuti persepsi itu maka butuh perjuangan yang sangat keras, dan mungkin dirasa tidak mungkin untuk dapat nikah muda dengan kondisi-kondisi yang ideal tersebut.
Lalu bagaimana, kita pilih nikah muda? Atau nikah pada waktunya? Pilihan ada di tangan kita.
Demikianlah artikel tentang faktor yang menyebabkan para generasi milenial kebelet nikah muda, baca juga artikel lainnya di sini
Gambar hanya Ilustrasi
Mariyatul Qibtiyah, Faktor yang Mempengaruhi Perkawinan Muda Perempuan. Departemen Biostatistika dan Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
ibid
No comments for "Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Milenial Kebelet Nikah"
Post a Comment
Berikan Komentarmu di Sini, Untuk Beropini, Bertukar Ide dan atau Sekedar Sharing..